16
4)
Benda atau kegiatan simbolis
Persembahan benda simbolis biasanya berbentuk ranting tumbuhan
sakral sakaki
yang dilekatkan dengan beberapa carik kertas putih yang disebut
tamagushi.
Berbagai
macam
hiburan,
seperti
tarian,
drama,
gulat,
dan
panahan
juga
dianggap
sebagai
persembahan
kepada
kami.
Musik
dan tarian
juga
bertujuan
untuk memberikan hiburan kepada kami
tetapi para pemuja juga dapat
menikmatinya.
Berbagai
hiburan
itu disebut juga dengan kan-nigiwai
yang sering
ditampilkan pula di berbagai perayaan matsuri.
Unsur ketiga adalah doa (norito). Doa-doa upacara yang dibacakan atau
dibawakan oleh pendeta di kuil adalah bahasa Jepang klasik. Doa
upacara
tersebut tidak
dimengerti oleh
orang Jepang sekarang kecuali bagi yang khusus belajar mengenai hal
itu.
Pada
jaman
dahulu,
banyak cerita
sejarah
hebat
dan
catatan
penting
lainnya
yang
ditulis
dengan
indahnya
dan
dibuat
dengan
berirama
syair
untuk
memudahkan
diturunkan kepada generasi berikutnya.
Sesuai aturan doa akan dibuka dengan kata-kata pujian terhadap kami,
membuat
beberapa
surat
keterangan
untuk asal
mula
dan
sejarah
dimulainya
suatu
festival
atau
acara, menunjukkan rasa terimakasih, melapor dan mengajukan permohonan kepada
kami,
menyebutkan
satu
persatu
persembahan yang
diberikan,
memberikan
nama
dan
status
pendeta,
dan
terakhir
menambahkan
kata-kata sebagai tanda hormat dan
kekaguman.
Unsur
yang
terakhir
adalah
pesta
simbolik
(naorai).
Di
setiap
akhir
upacara
Shinto
terdapat
pesta
simbolik
yang
disebut
naorai
yang
memiliki
arti
makan
bersama
|