9
Bab 2
Landasan Teori
2.1
Konsep Agama Menurut Masyarakat Jepang
Mengenai
Agama
dan
Tradisi
di
Jepang
dalam Buku
Panduan
Jepang
(1996)
disebutkan bahwa pada umumnya orang Jepang adalah penganut agama Shinto, Budha,
atau agama-agama baru yang berafiliasi pada Shinto dan Budha serta sejumlah kecil
penganut Kristen. Kebanyakan orang Jepang akan memberikan jawaban saya tidak
beragama, agama tidak perlu bagi orang Jepang ataupun jawaban semacamnya
jika
mereka ditanyakan tentang agama apa yang mereka anut. Memang sulit untuk mengukur
keagamaan orang
Jepang.
Di rumah-rumah
mereka biasanya bukan saja butsudan (altar
Budha)
yang akan kita temukan, tapi di rumah tersebut bisa kita temukan pula kamidana
(altar
Shinto).
Jika
dilihat
dari
angka sensus
penduduk
beragama
di
Jepang,
biasanya
menunjukkan jumlah angka penduduk beragama yang mencapai satu setengah kali
jumlah penduduk Jepang yang sesungguhnya.
Orang Jepang tidak
mempercayai suatu agama tertentu, tetapi
hal itu tidak berarti
orang Jepang tidak melakukan ibadah agama. Pada tahun baru, kebanyakan orang
Jepang
berkunjung
ke
kuil
Budha atau
kuil
Shinto
untuk
berdoa
keselamatan
dan
kebahagiaan selama tahun baru ini (hatsumode). Saat itu kuil-kuil terkenal sangat ramai.
Selama
setahun
dalam beberapa
kali,
terutama
hari
peringatan
meninggalnya
kerabat
dekat,
mereka
akan
berziarah
ke
makam nenek
moyang
(hakamairi).
Saat
menikah,
banyak orang Jepang yang melakukan upacara pernikahan di gereja. Tetapi pada
umumnya orang Jepang
tidak tahu ajaran agama dan tidak punya
minat pada ajarannya.
|