![]() 29
2.3. Perancangan perkuatan lereng menggunakan geotekstil woven
Untuk
mengatasi kelongsoran atau
kelongsoran
lereng, banyak dilakukan
usaha-
usaha
untuk
perbaikan
tanah,
salah
satunya
adalah
dengan
menggunakan perkuatan
konstruksi
geotekstil
woven yang memiliki kemampuan
bertahan pada kondisi
lingkungan yang memiliki sifat
merusak
lebih baik dibandingkan dengan perkuatan yang
terbuat dari baja.
Pendekatan desain
geotekstil
woven
yang
digunakan
pada
prinsipnya
mengasumsikan
konstruksi
lereng
di
atas
tanah
pendukung
yang
stabil
dengan
mempertimbangkan tiga model kelongsoran, yaitu:
Kelongsoran
internal,
dengan
bidang
kelongsoran
yang
masuk
dan
melewati
elemen perkuatan.
Kelongsoran eksternal, dengan permukaan kelongsoran lewat di belakang massa
perkuatan.
Kelongsoran gabungan, dengan permukaan kelongsoran lewat di belakang dan di
dalam massa perkuatan.
Lereng yang memiliki sudut kemiringan = 45° disebut sebagai Shallow slope dan
lereng yang memiliki kemiringan sudut > 45° disebut sebagai Steep Slope.
Untuk
perhitungan
kesetimbangan lereng,
biasa
digunakan
aplikasi
komputer
sebagai
alat
bantu. Jewell,
Ruegger
dan
Schmertmann
adalah
beberapa
peneliti
yang
telah
berhasil
membuat
grafik
mengenai
panjang
penjangkaran berdasarkan
metode
kesetimbangan
gaya.
Untuk
timbunan
yang
besar
dan
tinggi
dimana
kegagalan
lereng
rentan
terjadi,
grafik
Ruegger
dan
Schmertmann dapat
digunakan
secara
akurat.
Untuk
timbunan sedang, dan rendah dapat menggunakan grafik dan metode Jewell (1990).
|