Home Start Back Next End
  
14
tutup kepala dengan jenisnya disebut tanjak, iket-iket atau kopiah (kopca), dan
memakai
alas
kaki
yang
disebut
gamparan atau
terompah.
Selanjutnya
busana
ini
dilengkapi dengan sejenis senjata tajam, seperti keris, tumbak lado, badeek, rambi
ayam, atau jembio. Kain (sewet) biasanya ditenun sendiri atau dibeli dari pulau Jawa.
Demikian
juga
baju
(kelambi)
biasa
ditenun sendiri,
atau
membeli
bahan
baju
dari
Jawa,
Cina,
India,
atau
Eropa.
Laki-laki Palembang
gemar
memakai
baju
jenis
bela
booloo,
yang
dibedakan
atas
tiga
jenis
yaitu:
memakai kancing
(bemben),
memakai
kantong biasa, dan memakai kantong terawangan.
Tutup
kepala
juga
dibuat
sendiri
dengan
cara
ditenun,
dan
diberi
angkinan
dari
kain batik yang didatangkan dari Gresik, Lasem, Indramayu, atau Betawi. Saat ini
sudah
jarang orang yang
memakai tanjak, sebagai
gantinya dikenakan kopiah sebagai
penutup
kepala.
Untuk
alas
kaki
yang
berbentuk
gamparan
terbuat
dari
potongan
kayu yang bermutu, seperti kayu meranti payo atau ngerawan.
Sebagai pakaian sehari-hari, orang laki-laki
umumnya
mengenakan
kain
(sewet
sempol) dan baju beta booloo. Ada juga yang memakai seluar (celana) panjang atau
celana model pangsi (lok cuan). Pada umumnya
mereka
mengenakan
tutup
kepala,
baik waktu bepergian maupun ketika sedang di
rumah,
karena
mereka
menganggap
tutup kepala
lebih penting dari baju.
Jenis tutup kepala yang biasa dikenakan adalah
kopiah (kopca). Pakaian untuk di rumah tidak dilengkapi dengan alas kaki.
Pada saat akan bepergian, mereka selalu mengenakan pakaian yang terbaik dan
rapi. Mereka biasa
mengenakan kain pelekat, yang
halus dari jenis
tajung Bugis atau
gebeng
Palembang.
Baju
yang
dikenakan
berupa
jas
tutup
terbuat
dari
bahan
linen,
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter