13
nafkahnya dari
hasil
yang diperoleh dari bidang seninya. Kebanyakan dari
mereka hidup dari bercocok tanam, atau berdagang kecil-kecilan.
Oleh masyarakat pendukungnya Tanjidor biasa digunakan untuk
memeriahkan hajatan seperti pernikahan, khitanan dan sebagainya, atau pesta-
pesta umum seperti untuk merayakan ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan.
Sampai tahun lima puluhan rombongan-rombongan Tanjidor biasa mengadakan
pertunjukan keliling,
istilahnya
Ngamen.
Pertunjukan
keliling
demikian
itu
terutama dilakukan pada waktu pesta Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek.
Perlu dikemukakan juga, bahwa sesuai dengan perkembangan jaman dan
selera masyarakat pendukungnya, Tanjidor dengan biasa pula membawakan
lagu-lagu
dangdut.
Ada
pula
yang secara
khusus
membawakan
lagu-lagu
Sunda
Pop yang dikenal dengan sebutan Winingan tanji
Grup-grup
Tanjidor
yang
berada
di
wilayah DKI Jakarta antara lain dari
Cijantung
pimpinan
Nyaat,
Kalisari pimpinan
Piye,
Pondok
ranggon
pimpinan
Maun, Ceger pimpinan Gejen dan Jagakarsa Jakarta Selatan pimpinan Said.
Musik tanjidor sangat jelas dipengaruhi
musik
Belanda.
Lagu-lagu
yang
dibawakan antara lain : Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak,
Welmes, Cakranegara. Judul lagu itu berbau Belanda meski dengan ucapan
Betawi. Selain itu musik tanjidor juga dipengaruhi kebudayaan Cina, Arab, dan
sudah pasti Portugis. Lagu-lagu
tanjidor
bertambah dengan membawakan lagu-
lagu Betawi, seperti : Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, Cente Manis,
Stambul, dan Persi.
Tujuan utama penyajian musik tanjidor
itu untuk mencari nafkah. Dengan
telanjang kaki atau bersandal
jepit
mereka ngamen dari
rumah ke rumah. Lokasi
|