19
Pada tanggal 27 Februari 2008, diadakan wawancara dengan Ibu Nani, subdis
promosi Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta yang terletak di Gedung Nyi
Ageng Serang Jl. H.R Rasuna Said,Kuningan, Jakarta Selatan. Menurut Ibu Nani,
kebudayaan Betawi sangatlah beragam, dan kesenian Tanjidor merupakan salah satu dari
seni musik asal Betawi yang telah berakulturasi dengan kebudayaan luar namun tetap
memiliki ciri khasnya sendiri. Buku khusus yang membahas tentang Tanjidor ini belum
ada, dan kebanyakan tentang Tanjidor di bahas bercampur dengan buku kebudayaan
Betawi pada umumnya.
Demikian juga menurut Bapak Dayat, salah satu anggota pengelola Lembaga
Kebudayaan Betawi, bahwa Tanjidor ini termasuk bahasan yang cukup sulit dicari
karena seni budaya ini sudah mulai dilupakan masyarakatnya. Perkumpulan musisinya
pun sangat sedikit sekali. Dari beberapa sanggar di Jakarta Timur yang terdapat dalam
daftar Lembaga Kebudayaan Jakarta hanya tinggal dua sanggar saja yang masih aktif.
Dan beliau merekomendasikannya pada penulis untuk mendapatkan data lebih lengkap
mengenai Tanjidor ini.
Dan pada wawancara tanggal 30 Maret 2008, Bang Indra, Humas dari Cagar Budaya
Betawi Setu Babakan menambahkan bahwa keadaan Tanjidor saat ini masih dalam
kondisi terancam, tanjidor hanya digunakan pada moment tertentu saja, fungsinya juga
telah bergeser, dan kurang inovatif.
Masih tetap sama dengan pendapat diatas, Pak Piye kepala sanggar Pusaka Tiga
Saudara yang terletak di kawasan Kalisari, Jakarta Timur yang ditemui pada hari Selasa
1 April 2008, juga menambahkan alasan kenapa kurang inovatifnya pertunjukan
Tanjidor. Hal itu disebabkan karena para musisinya yang sudah lanjut usia yang sulit
untuk mengikuti jaman, sebenernya sih kite seneng banget kalo bisa kolaborasi, tapi ya
|