Jogjakarta,
Letterkundige Vehaldingen
der
Koninkl",
Akademi,
Jilid
XIX,
hal
4). Sebagai
alat
musik
pra
Hindu,
angklung
tidak
digambarkan pada
candi
Borobudur dan
Prambanan.
Dalam
literatur kuno
pun
Daeng
Sutigna
tidak
menemukan.
Kekawin
Atjunawiwaha
yang
diperkirakan ditulis
sekitar
tahun
1040
hanya
menyebut-nyebut
Sundari
(semacam
erofon
yang
di Jawa
Barat
dikenal
dengan
sebutan
Sondari,
di
Bali
:
Sundaren). Calung
yang
dewasa ini terdapat
di
Jawa
Barat
dan
Jawa
Tengah,
disebut-sebut
dalam
Inskripsi
Buwahan
yang
diperkirakan dibuat
sekitar
tahun
1181.
Guntang,
alat
musik
bambu
berdawai
yang
penyebarannya
meliputi
Asia
Tenggara sampai
Madagaskar, dan
sampai
sekarang
di Bali tetap disebut
Guntang,
terdapat
dalam
Kekawin
Kidung
Sunda
yang
diperkirakan
ditulis
tidak
lama setelah
tahun
1357.
Alat
yang
di Priangan disebut
Pancurendang,
di Jawa
Tengah
disebut
Bluntak,
dan
di Bali
disebut
Taluktak,
disebut-sebut
dalam Kekawin
Bharata
Yuda.
Tongtong
atau kentongan
bambu
disebut-sebut
dalam
Sundharmala
dengan
Pulkul,
dalam
Smaradhana
disebut
Titiran,
dan dalam
Bharata
Yudha
disebut
Kukulan.
Baru dalam
tulisan-tulisan kemudian
seperti dalam
Serat Cebolang, angklung
disebut-sebut,
yaitu
waktu
melukiskan
saat
Mas
Cebolang
mempertunjukkan
keahliannya
menyanyi
dan
|