Home Start Back Next End
  
Burung
merak 
yang
bertengger di
bahunya  tiba-tiba  melekat  jadi
satu
dengan  kepalanya
sehingga
Raja
Singabarong berkepala  dua.
Raja
Singabarong
marah
bukan
kepalang,
ia
mencabut kerisnya 
dan
meloncat
menyerang
Raja 
Kelanaswandana.
Namun  Raja  Kelanaswandana
segera 
mengayunkan
cambuk 
saktinya 
bemama
Samandiman.
Cambuk 
itu
dapat 
mengeluarkan
hawa
panas
dan 
suaranya   seperti 
halilintar.
"Jhedhaaar ...!"
begitu 
terkena 
cambuk   Samandiman,
tubuh
Raja
Singabarong
terpental,
menggelepar-gelepar di
atas
tanah.
Seketika 
tubuhnya
terasa
lemah  dan
anehnya 
tiba-tiba 
tubuhnya 
berubah 
menjadi 
binatang 
aneh,
berkepala
dua
yaitu
kepala
harimau  dan
merak.
Ia tidak
dapat
berbicara  dan
akalnya
telah
hilang.
Demikianlah, 
pada  
hari 
yang 
ditentukan  
datanglah  
rombongan  Raja
Kelanaswandana 
dengan   kesenian   Reyog  
sebagai  
pengiring. 
Raja   Kelanaswandana
datang 
dengan 
iringan  
seratus 
empat 
puluh 
empat
·ekor 
kuda 
kembar, 
dengan 
suara
gamelan, 
gendang 
dan
terompet 
aneh
yang
menimbulkan
perpaduan
suara 
aneh,
merdu
mendayu-dayu.
Ditambah 
lagi 
dengan 
hadimya
seekor 
binatang 
berkepala
dua 
yang
menari-nari 
liar
namun
indah
dan
menarik
hati.
Semua
orang
yang
menonton bersorak
kegirangan,
tanpa
terasa
mereka
ikut
menari-nari 
dan
berjingkrak-jingkrak kegirangan
mengikuti  suara
musik.
Demikianlah, pada 
akhimya 
Dewi
Sanggalangit
menjadi 
permaisuri 
Raja
Kelanaswandana
dan
diboyong 
ke
Bandarangin
di
Wengker. 
Wengker 
adalah
nama
lain
dari
Ponorogo sehingga di kemudian  hari
kesenian  Reyog
itu
disebut
Reyog
Ponorogo.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter