22
sasaran tentang atribut/karakteristik produk, manfaat produk, situasi penggunaan dan
karakteristik pemasar (Supranto dan Limakrisna. 2007, p:132).
Dalam Simamora (2003, p:96), Aaker menyatakan bahwa citra merek adalah
seperangkat asosiasi
unik yang
ingin
diciptakan
atau
dipelihara
para
pemasar.
Asosiasi-
asosiasi
itu
menyatakan apa
sesungguhnya
merek
dan
apa
yang
dijanjikannya
kepada
konsumen.
Jadi
Aaker
menganggap
citra
merek
sebagai
bagaimana
merek
dipersepsikan
oleh konsumen (Simamora, 2003, p:63)
Menurut Tony Sitinjak dalam tulisannya yang berjudul Pengaruh Citra Merek dan
Sikap Merek merupakan bentuk holistic untuk semua asosiasi merek yang berkaitan dengan
merek. Brand image merupakan aspek yang penting dari merek, citra dapat didasarkan
kepada kenyataan atau fiksi tergantung bagaimana nasabah mempersepsikan. Dan untuk
mengukut citra merek dapat dikaitkan dengan dimensi kualitas pelayanan. (Tony Sitinjak.
2005, p:172)
Menurut
Keller
(Keller.
2003,
p:232)
mengemukakan
pemahaman
mengenai brand
image
dari
perspektif
konsumen.
Ia
menggarisbawahi
bahwa
kekuatan
dari
brand
image
adalah
bagaimana
suatu
brand
association
secara unik
dalam
bentuk
konsumen.
Dari
sini
kemudian muncul istilah b®and association.
Lebih lanjut Keller memberikan tersebut yaitu (1)
kekuatan asosiasi yang mendasari brand image (2) daya tarik b®and association (3) keunikan
brand association.
Kekuatan
brand association
adalah
fungsi
dari
jumlah
atau
kuantitas
pemrosesan
informasi
dan
kualitas
dari
pemrosesan
itu sendiri.
Semakin
intens
seorang
memproses
informasi
mengenai suatu produk atau jasa
dan menghubungkannya
dengan pengetahuan
akan
brand
tertentu
yang
telah
ada
maka
semakin
kuat
brand
association. Ada
2
faktor
utama
yang memfasilitasi
hasil tersebut
yaitu relevansi
informasi tersebut dalam
benak
konsumen
dan
konsistensi informasi
yang
ia
terima.
Untuk
mewujudkan
kedua
hal
tersebut
diperlukan program pemasaran
yang utamanya
mengatur
intensitas informasi dan relevansi
|