19
Tiongkok.
Untuk
men gantisip asiny a
mereka
menu lis
surat
kep ada
Kaisar
Tiongkok,
meminta
p
engertianny a
atas
tindakan
mereka
terhad ap bandit-
bandit
Tionghoa
y
ang telah
men ggan ggu
ketentraman
p
enduduk
Batavia,
walaup un
diakuiny a
bahwa
bany ak
oran g
Tiongho a
y
ang tidak
b
ersalah
telah
menjad i korban.
Jika ada titik terang y ang bisa d ilih at dari p eristiwa memiluk an ini,
itu adalah
p
ersatuan
p
ara
korban p embantaian dengan p enduduk Nusantara
untuk bahu
membahu
melawan p enjajah an.
Bany ak korban selamat y ang berhasil
melarik an
diri
ber gabun g d en gan
kau m
p
erlawanan
di
daerah
lain.
Tercatat
orang-or an g
Tionghoa
dan
p
ribumi
Jawa
meny atukan
kekuatan
untuk
menghadap i
VOC
di
berbagai d aerah d i Jawa.
M
engenai korb an p embantaian
sendir i, di p ihak VOC
mulai
memb erlakuk an
p
engawasan
dan
tekan an
terhadap orang-or an g
Tion ghoa. Setelah p ambantian
tahun 1740, p ara
warga Tionghoa dikump ulkan dan ditemp atkan di
luar
tembok
kota,
y
ang
sekaran g bern ama
Glodok, agar
p
emer intah
dap at
mengawasi
mereka.
Setelah p engamp unan
umum
itu
masih tersisa 3,431 orang Tionghoa di
Batavia,
termasuk 1,442 p edagan g, 935 tukan g k ebun dan p en golah tanah,
728
p
ekerja
di
p
erkebunan
tebu
dan
p
erkay uan,
serta
236
oran g tukan g kay u
dan
batu.
Yan g p atut
dip erhatikan
adalah
p
emberlakuan
passenstelsel dan
wijnkelstelsel
y
ang
san gat
men gek an g ger ak- gerik war ga
Tion ghoa, d an
men gkotakkan
p
enduduk
Tionghoa.
Sistem
ini
merup akan
sistem
p
engawasan
ger ak- gerik anak negeri
dan b an gsa-ban gsa
asin g
Timur y ang
dip ersamak an
|