7
Awal
mula
keber adaan oran g-oran g
Tiongho a
di
Batavia
tidak
b
isa
lep as
dari p engaruh Souw Ben g Kon g y ang terkenal sebagai p edagan g y an g dihor mati
di
Banten.
Ketika
Jan
Pieterszoon
Coen
menjadi
gubernur
jenderal
VOC
p
ada
tahun
1619,
ia
mendekati
Souw
Ben g Kon g
untuk
memimp in
eksodus
orang-
orang
Tiongho a
dar i
B
anten
Ke
Batavia.
Ketika
terjadi
p
embongkar an
p
aksa
rumah-rumah Tion ghoa
d
i
Banten kar ena
men ggan ggu p emandan gan sultan,
Souw Beng
Kon g
memimmp in eksodus bany ak orang
Tionghoa
ke
Batavia,
y
ang
secara
ber an gsur-an gsur
membuat
Banten
men jadi
ditin ggalkan
p
ara
p
edagan g mancan egara.
Bany akny a
jumlah
orang
Tion ghoa
secara
beran gsur-an gsur
membutuhkan
kep engurusan
sendiri, d an
Souw
Ben g Kong d itunjuk
sebagai
kap ten Tionghoa
p
ertama p ada 11 Oktober 1619. Di bawah kep emimp inanny a, jumlah p enduduk
di
Batavia
men in gkat
p
esat.
Pada
tahun
1622
bertambah
menjad i
1000
oran g,
dan p ada
tahun 1740, p op ulasi
orang
Tion ghoa
di
B
atavia
telah bertumbuh
mencap ai
tidak kuran g dari
15,000 jiwa. Di
Batavia, oran g-oran g Tiongho a
men gisi
p
ekerjaan
sebagai
distributor
p
erdagan gan
dan makelar,
ju ga
men gisi
p
ekerjaan-p ekerjaan lainny a sep erti p eny uling arak, b ertukang, d an lain-lain.
War ga Tion ghoa tidak saja memenuh i kebutuhan seh ari-har i Batavia, namun
juga
memiliki
and il
d
alam
memban gun benten g d an
b
an gunan
d
i
kota,
y
an g
membuat keber adaan mereka
krusial
dalam
p
erluasan dan p emban gun an
Batavia. Untuk membujuk kedatangan oran g
Tionghoa, tentu saja
VOC
member ikan
imin g-imin g d an
men cip takan
iklim
y
ang kondusif
b
agi
merek a,
bahkan
menemp atkan
merek a sebagai
masy arakat
golon gan kedu a, den gan
|