20
Prasasti
yang dikeluarkan oleh
Rakai Panangkaran (746-
784M)
menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang
dinamakan Abhyagiri Wihara
("wihara
di
bukit
yang
damai").
Tampaknya,
komplek
itu
kemudian
diubah
menjadi
keraton
bagi
raja bawahan (vazal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni.
Di dalam kompleks
ini terdapat bekas gapura, ruang
Paseban,
kolam,
Pendopo,
Pringgitan, keputren,
dan
dua
ceruk
gua
untuk bermeditasi.
Keistimewaan Situs Ratu Boko
Berbeda dengan peninggalan purbakala
lain dari
zaman Jawa
Kuno
yang
umumnya
berbentuk
bangunan
keagamaan, situs
Ratu
Boko
merupakan kompleks profan,
lengkap dengan
gerbang
masuk,
pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung.
Berbeda pula
dengan
keraton
lain
di
Jawa
yang
umumnya
didirikan
di
daerah
yang
relatif
landai,
situs
Ratu
Boko
terletak
di
atas bukit yang
lumayan tinggi. Ini
membuat kompleks bangunan
ini
relatif
lebih
sulit
dibangun
dari
sudut
pengadaan
tenaga
kerja
dan
bahan
bangunan. Terkecuali tentu
apabila
bahan
bangunan
utamanya, yaitu
batu,
diambil
dari
wilayah
bukit
ini
sendiri.
Ini
tentunya
mensyaratkan terlatihnya para pekerja di
dalam
mengolah
|