19
merupakan
bekas
keraton
(istana
raja).
Pendapat
ini
berdasarkan pada
kenyataan bahwa
kompleks ini
bukan
candi
atau
bangunan dengan
sifat
religius,
melainkan
sebuah
istana
berbenteng dengan
bukti
adanya
sisa
dinding
benteng
dan
parit
kering
sebagai
struktur
pertahanan. Sisa-sisa
permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.
Nama
"Ratu Boko"
berasal dari
legenda
masyarakat setempat. Ratu
Boko
(Bahasa
Jawa,
arti
harafiah: "raja
bangau") adalah
ayah
dari
Loro
Jonggrang,
yang
juga
menjadi
menjadi nama
candi
utama
pada
komplek
Candi Prambanan.
Secara
administratif, situs
ini
berada
di
wilayah
Kecamatan
Prambanan,
Kabupaten
Sleman,
Yogyakarta dan
terletak
pada
ketinggian
hampir 200 m di atas permukaan laut.
Riwayat
Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van
Boeckholzt
pada
tahun
1790,
yang
menyatakan terdapat
reruntuhan
kepurbakalaan di
atas bukit
Ratu Boko.
Bukit
ini
sendiri
merupakan
cabang
dari
sistem
Pegunungan
Sewu,
yang
membentang
dari
selatan
Yogyakarta
hingga
daerah
Tulungagung. Seratus
tahun
kemudian
baru
dilakukan
penelitian
yang
dipimpin
oleh
FDK
Bosch,
yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah
disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.
|