23
diantara
merek - merek yang
ada.
Perilaku
membeli
ini terjadi
pada
waktu
membeli
produk
-
produk
yang mahal, tidak
sering
dibeli, beresiko, dan
dapat
mencerminkan diri
pembelinya.
Biasanya
konsumen
tidak tahu terlalu banyak tentang
kategori
produk
dan
harus
berusaha
untuk
mengetahuinya. Sehingga pemasar
harus
menyusun
strategi
untuk
memberikan
informasi
kepada
konsumen tentang
atribut
produk,
kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan
atribut
penting lainnya.
2.
Perilaku
Membeli
untuk
Mengurangi
Ketidakcocokan
(Dissonance-reducing
Buying Behaviour)
Perilaku membeli semacam
ini
mempunyai
keterlibatan yang tinggi
dan
konsumen
menyadari hanya
terdapat
sedikit perbedaan
diantara berbagai
merek.
Perilaku membeli ini terjadi
untuk
pembelian
produk yang harganya
mahal, tidak
sering
dibeli, beresiko
dan
membeli secara
relative
cepat
karena
perbedaan
merek
tidak
terlihat.
Pembeli biasanya
mempunyai respon
terhadap
harga atau yang memberikan
kenyamanan. Konsumen
akan memperlihatkan
informasi yang
mempengaruhi keputusan
pembelian mereka,
3.
Perilaku
Membeli Berdasarkan
Kebiasaaan
(
Habitual
Buying
Behaviour)
Dalam hal
ini,
konsumen
membeli suatu
produk
berdasarkan kebiasaan,
bukan
berdasarkan
kesetiaan
terhadap
merek. Konsumen
membeli
produk
secara
berulang
bukan
karena
merek
produk
tetapi
karena
mereka
sudah
mengenal produk tersebut. Setelah
membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali
kenapa
mereka
membeli
produk
tersebut
karena
mereka
tidak
terlibat
dengan
produk.
4.
Perilaku
Pembeli
yang
Mencari
Keragaman (
Variety Seeking Buying
Behaviour)
Perilaku
ini
memiliki
keterlibatan yang
rendah,
namun
masih terdapat
|