Home Start Back Next End
  
8
dibuat
untuk
memperkuat
konstruksi
candi.
Pada bagian
yang
tertutup
struktur tambahan
ini
terdapat
120
panel
cerita
Kammawibhangga.
Sebagian
kecil
struktur tambahan
itu
disisihkan sehingga orang dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat
lantai
dengan
dinding berelief
di atasnya oleh
para
ahli dinamakan Rupadhatu.
Lantainya
berbentuk persegi.
Rupadhatu
adalah
dunia
yang
sudah
dapat
membebaskan
diri
dari nafsu,
tetapi
masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan
ini
melambangkan
alam
antara
yakni,
antara alam
bawah
dan
alam atas.
Pada bagian
Rupadhatu
ini
patung-patung
Buddha
terdapat pada ceruk-ceruk dinding di ballustrade atau selasar.
Mulai
lantai
kelima hingga
ketujuh
dindingnya
tidak
berelief.  Tingkatan 
ini  dinamakan  Arupadhatu (yang  berarti
tidak berupa
atau tidak
berwujud).
Denah lantai
berbentuk
lingkaran.
Tingkatan
ini
melambangkan
alam atas,
di
mana
manusia
sudah
bebas
dari
segala
keinginan
dan
ikatan
bentuk
dan rupa,
namun belum mencapai
Patung-patung
Buddha
ditempatkan
di
dalam
stupa
yang ditutup
berlubang-
lubang seperti
dalam
kurungan.
Dari
luar
patung-patung itu
masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi
yang menggambarkan ketiadaan wujud
dilambangkan
berupa stupa
yang
terbesar
dan
tertinggi.
Stupa
digambarkan   polos   tanpa   lubang-lubang.   Di   dalam   stupa
terbesar
ini
pernah
ditemukan
patung
Buddha
yang tidak
sempurna atau
disebut
juga unfinished
Buddha,
yang
disalahsangkakan
sebagai
patung Adibuddha,
padahal
melalui
penelitian 
lebih 
lanjut  tidak  pernah  ada  patung  pada  stupa
utama,
patung
yang tidak
selesai
itu
merupakan
kesalahan
pemahatnya pada zaman
dahulu.
menurut
kepercayaan
patung
yang
salah
dalam
proses
pembuatannya
memang tidak
boleh
dirusak.
Penggalian
arkeologi
yang dilakukan
di
halaman
candi
ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di
masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30
batu
dengan
relief,
dua
patung
singa,
beberapa
batu
berbentuk
kala,
tangga
dan
gerbang dikirimkan
kepada
yang
mengunjungi
(kini
Indonesia) pada tahun
sebagai
hadiah
dari
pemerintah
Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur
tidak
memiliki
ruang-ruang pemujaan
seperti
candi-candi
lain.
Yang
ada ialah
lorong-lorong
panjang
yang
merupakan
jalan
sempit.
Lorong-lorong dibatasi
dinding
mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di
lorong-lorong inilah
umat Buddha
diperkirakan melakukan upacara
berjalan
kaki
mengelilingi
candi
ke
arah kanan. Bentuk bangunan tanpa
ruangan
dan
struktur
bertingkat-tingkat
ini
diduga
merupakan
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter