Home Start Back Next End
  
7
Mahayana sekitar tahun
pada masa pemerintahan
Banyak
yang berusaha
menjelaskan
nama
candi
ini.
Salah
satunya
menyatakan
bahwa nama ini
kemungkinan
berasal
dari
kata
Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di
mana di
lereng-
lerengnya  terletak 
teras-teras.  Selain 
itu  terdapat  beberapa  etimologi
rakyat
lainnya.
Misalkan
kata borobudur
berasal
dari
ucapan
"para
Buddha"
yang karena pergeseran bunyi
menjadi
borobudur. Penjelasan
lain
ialah
bahwa
nama
ini
berasal
dari
dua
kata
"bara"
dan
"beduhur".
Kata bara
konon
berasal
dari
kata vihara, sementara ada pula penjelasan
lain
di
mana
bara
berasal
dari bahasa
Sansekerta yang artinya
kompleks
candi
atau
biara dan
beduhur
artinya ialah
"tinggi",
atau
mengingatkan
dalam bahasa
yang
berarti
"di
atas".
Jadi
maksudnya ialah
sebuah
biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan
dalam
disertasinya
untuk
mendapatkan 
gelar  doktor  pada 
1950 berpendapat  bahwa  Borobudur
adalah
tempat
pemujaan.
Berdasarkan
Casparis 
memperkirakan 
pendiri 
Borobudur 
adalah 
raja
dari
wangsa
bernama
yang
melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat
diselesaikan
pada 
masa
putrinya,
Ratu    Pramudawardhani.
Pembangunan
Borobudur
diperkirakan
memakan
waktu
setengah
abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan
mengenai penganugerahan
tanah
sima
(tanah
bebas
pajak)
oleh
Çir Kahulunan
(Pramudawardhani)
untuk  
memelihara   Kamula yang   disebut   Bhumisambhara.   Istilah
Kamulan sendiri berasal dari kata mula
yang berarti tempat asal
muasal,
bangunan  suci 
untuk 
memuliakan 
leluhur, 
kemungkinan 
leluhur  dari
wangsa  Sailendra.  Casparis 
memperkirakan 
bahwa 
Bhumi 
Sambhara
Bhudhara 
dalam 
bahasa 
sansekerta 
yang 
berarti 
"Bukit 
himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
2.1.4.1
Struktur Candi Borobudur
Candi 
Borobudur  memiliki 
struktur  dasar 
berundak, dengan
enam
pelataran
berbentuk
bujur sangkar,
tiga
pelataran
berbentuk
bundar melingkar dan
sebuah stupa utama
sebagai
puncaknya.
Selain
itu tersebar
di
semua
pelatarannya
beberapa
stupa.
Sepuluh
pelataran
yang dimiliki
Borobudur
menggambarkan
secara
jelas
filsafat
mazhab
Bagaikan
sebuah
kitab,
Borobudur menggambarkan
sepuluh
tingkatan
yang harus
dilalui
untuk
mencapai
kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur
melambangkan Kamadhatu,
yaitu
dunia
yang masih
dikuasai
oleh
kama
atau
"nafsu
rendah".
Bagian
ini
sebagian
besar
tertutup
tumpukan
batu
yang
diduga
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter