14
1998-1999
-
Runner-up
penghargaan
sebagai
ASEAN
Young
Fashion
Designer
di
Singapura
2.2.3 Kehidupan Oscar Lawalata
Oscar Lawalata besar dalam keluarga yang tidak sempurna. Pada saat berumur 4
tahun, ibunya (Reggy Lawalata) memutuskan
untuk
bercerai
dengan
ayahnya
(Alexander Polii). Dari sebab itu, dibesarkan sendiri dalam asuhan seorang
single mom membuatnya mengalami masa kecil yang kurang begitu mulus.
Kehidupan masa kecilnya diliputi dengan berbagai perjuangan. Ibunya berusaha
menafkahi keluarga kecil ini dengan bekerja seadanya. Menjahit cempal
(pegangan panci) untuk dijual seharga lima ratus rupiah sepasang, menjual
gado-gado dan es cendol
sampai
menjadi supir bus sekolah, semua pekerjaan itu
pernah dilakukan
Reggy Lawalata
untuk bisa
membiayai kebutuhan dan sekolah
anak-anaknya. Bahkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti susu dsb
Reggy
Lawalata
harus bisa
memutar otak lebih keras
lagi. Kehidupan
terdahulu
Reggy
Lawalata,
Oscar
Lawalata
beserta adiknya Mario Lawalata terbilang
memprihatinkan.
Oscar
Lawalata
sejak
kecil
terbiasa
untuk
mengalah
dan
rela
untuk
berkorban
demi
adiknya.
Pada
saat
bersekolah
di
SD
PSKD
VI
di
Jakarta,
setiap
kali
berangkat
sekolah, sering kali Oscar
harus
menggendong Mario dari rumahnya
menuju
halte
bus,
karena
mereka
berangkat
pagi-pagi
sekali
dan
Mario
masih
mengantuk. Tak adanya biaya
untuk antar-jemput sekolah,
membuat kedua
bocah yang masih kecil itu harus bersusah payah untuk sampai ke sekolah.
Walaupun
Oscar
Lawalata
memang
terbiasa
mengalah,
namun
anak-anak
tetaplah
anak-anak.
Pada
saat
Oscar
sangat
menginginkan
sepeda
dan
Reggy
Lawalata
tidak
memiliki
uang,
Reggy
Lawalata
tidak
kehabisan
akal.
Ia
meminta
Oscar
untuk
mencoba
mengendarai
sepeda
di
salah
satu
toko,
namun
menyuruh
Oscar
untuk
mengatakan
tidak
suka
dan
akhirnya
mereka
pergi
meninggalkan toko tersebut beralih ke toko sepeda lainnya, melakukan trik yang
sama hingga Oscar puas mengendarai sepeda.
Walaupun masa kecilnya yang memprihatinkan, Oscar Lawalata tetap
merasakan kebahagiaan seperti anak-anak pada umumnya. Bermain bersama
teman-teman pria maupun wanita menjadi kegembiraan tersendiri. Namun, ada
kalanya ia sering ditertawakan dan diolok-olok akan perawakannya yang lemah
gemulai. Di saat itulah, adiknya yang beranjak besar, mulai berdiri di depan
membela sang kakak agar tidak dipermalukan
lagi oleh teman-temannya.
Mario
Lawalata memandang keanehan pada kakaknya sebagai sebuah keunikan, tidak
memandang rendah akan hal tersebut.
Sedari kecil, Oscar Lawalata memang
menampakkan perbedaan di antara
saudara-saudaranya. Ketertarikannya terhadap seni terlihat jelas dengan
kesukaannya
dalam
hal
menggambar.
Buku
hariannya
penuh
dengan
gambar
|