Home Start Back Next End
  
15
dan
kode-kode
khusus
yang
menggambarkan orang
yang
ia
ceritakan
di
dalam
buku
tersebut.
Ia
gemar
menggambar topeng,
wajah-wajah
yang
kosong
atau
hampa.
Perbedaan
yang
mencolok
juga
terlihat pada
sikap
dan
perilakunya.
Perbedaan
tersebut membuat Reggy Lawalata berharap akan adanya perubahan. Reggy
Lawalata
memintanya
untuk bersikap
lebih jantan, lebih ”pria”, sigap dan kuat.
Namun perubahan tersebut tidak kunjung datang. Bahkan, Oscar semakin
membangkang dikarenakan ibunya memaksakan kehendak yang tidak sejalan
dengan hati Oscar. Hal ini membuat Oscar tumbuh menjadi anak yang pendiam
dan gemar berpikir.
Suatu kali, Reggy Lawalata meminta agar Oscar mengikuti ajang pemilihan
model pria seperti yang dilalui Mario.
Hal
tersebut
dilakukannya
dengan
setengah
hati,
walaupun
pada
akhirnya lolos
sebagai
finalis.
Menjadi
model
bukanlah impian Oscar Lawalata, kegiatan tersebut dilakukannya seperti
melakoni peran tertentu.
Namun, diantara semua keterpurukan yang dialami Reggy Lawalata, Oscar
merupakan kebanggaan tersendiri baginya. Kemampuannya di bidang akademis
terbilang
gemilang. Oscar selalu
menjadi juara kelas sejak SD
hingga SMA dan
peran sertanya dalam kegiatan sekolah sebagai koordinator pun mendapat pujian
dari guru-gurunya.
Perekonomian keluarga saat Oscar duduk di bangku SMA di
Don Bosco mulai
berangsur-angsur membaik, namun tidak berlebihan. Semua
hal yang
berhubungan dengan pengeluaran uang dilakukan dengan hemat dan
diperhitungkan dengan cermat.
Masa-masa itu juga merupakan masa-masa menegangkan bagi Oscar dan Reggy
Lawalata. Permasalahan mengenai sikap dan perilaku Oscar yang berbeda
semakin memanas. Kekhawatiran Reggy Lawalata memuncak hingga ia
memutuskan  untuk 
memeriksakan  Oscar  kepada  seorang  psikolog.  Namun,
tetap tidak membuahkan hasil malah permasalahan
ini
semakin
meruncing,
hampir membuat Oscar menjadi depresi.
Menjelang kelulusan SMA, Oscar memutuskan untuk mempelajari dan
mendalami seni sebagai pendidikan lanjutannya. Keinginannya untuk menekuni
seni  nyaris  gagal  karena  ia  sempat  tidak  lolos  pada  tes  kedua  di  Institut
Teknologi Bandung (ITB). Namun, dengan keinginannya yang kuat dan
usahanya terus-menerus, akhirnya pilihannya jatuh pada
Esmod, sekolah fashion
yang berasal dari Perancis.
Selama menjalani perkuliahannya di Esmod, Oscar pun harus rela meminjam
peralatan-peralatan dari teman-temannya. Dan bahkan harus rela datang lebih
pagi untuk menunggu teman
yang mau
meminjamkan alat-alat tulis dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter