14
2.3
Sejarah dan Definisi Cerutu
Explorer Christopher Columbus umumnya dikaitkan dengan memperkenalkan
tembakau ke Eropa. Dua awak Columbus selama perjalanan 1492, Rodrigo de Jerez
dan Luis de Torres, yang dikatakan telah menemukan tembakau untuk pertama
kalinya di pulau San Salvador di Bahama, ketika itu para pribumi
sedang
menyajikan sesuatu dengan daun-daun kering yang tersebar dengan aroma
yang
khas.
Tembakau
tersebar
secara
luas
di antara
semua
pulau-pulau
di
Karibia
dan
mereka menemukanya lagi di Kuba, di mana Columbus dan anak buahnya telah
menetap. Tembakau untuk cerutu terutama dibudidayakan
di
negara-negara
seperti
Brasil, Kamerun, Kuba, Republik Dominika, Honduras, Indonesia, Meksiko,
Nikaragua,
dan
Amerika
Serikat
dengan
cerutu
dari
Kuba
dianggap
merupakan
ikon untuk cerutu.
Cerutu di Indonesia
Di
era
prakemerdekaan
RI,
budaya
cerutu
ditularkan
oleh
Belanda. Kebiasaan
mereka bercerutu dari
negeri asalnya tidak bisa dihentikan ketika
mereka berada di
Indonesia. Mereka tidak hanya membawa cerutu
dari
Eropa
dan
negara-negara
Amerika Latin, tapi juga membudidayakan tembakau di Indonesia, terutama di Deli
(Sumatera Utara) dan Besuki (Jawa Timur), yang sampai kini dikenal sebagai
daerah tembakau berkualitas tinggi.
Selain mempunyai kebun-kebun tembakau,
pada saat itu di Indonesia juga berdiri beberapa pabrik cerutu (dan industri rokok,
tentu saja). Kini, boleh dikatakan hanya industri rokok yang masih bertahan,
bahkan beberapa di antaranya meraksasa dan menyumbang cukai sangat besar
untuk negara, seperti Djarum, Gudang Garam, Dji Sam Soe, dan lain-lain.
Sayangnya, industri cerutu yang bertahan nampaknya bisa dihitung dengan jari, di
antaranya yang diproduksi PD Tarumartani,
perusahaan milik keluarga Keraton
Yogyakarta. Sementara itu, merek cerutu yang diproduksi industri rokok besar
adalah Wismilak dan Dos Hermanos.
Kualitas
dan kestabilan rasa cerutu Indonesia
ini
ternyata tidak kalah dibandingkan
dengan premium cigar yang
lain.
Itu
sebabnya,
gulungan tembakau asal Kudus
ini
berhasil diterima di mancangera, seperti Belanda, Belgia, Jerman, Singapura, dan
beberapa
negara
lainnya.
Nama
Dos
Hermanos
sendiri
sebenarnya
baru
dipakai
pada
September
1999
untuk
pasar
Indonesia. Namun demikian, produk ini juga
disukai para turis asing, bahkan sering dibawa ke mancanegara sebagai
cenderamata asal Indonesia.
Sejak 1990, kombinasi cerutu dan rokok kretek dengan nama Cigarillos, produk PT
Djarum,
mampu
menembus
mancanegara.
Enam
tahun
kemudian,
diluncurkanlah
ke
pasar
dunia
cerutu
natural
Petit,
Cigarillos,
dan
Senoritas
dengan
label
Gold
Seal.
Setelah melakukan studi di Honduras dan Amerika Serikat, pada Mei 1997
produksi perdana cerutu long filler diekspor ke Amerika Serikat. Kualitas dan
kestabilan rasa cerutu Indonesia
ini
ternyata tak kalah dibanding produk sejenisnya.
Itu sebabnya
gulungan
tembakau asal Kudus
itu berhasil diterima di
mancanegara,
|