13
Tan.
Datang
Ki
Hajar
Dewanta
yang
meminta
dirinya
menjadi
wakil
di
acara
Indische
Vereeniging
dalam
kongres
pemuda
Indonesia
dan
pelajar
Indologie
di
Deventer,
Belanda
karena
Ki
Hajar
akan
kembali
ke
Hindia
Belanda.
Dalam forum inilah
ia
menyampaikan gagasan-gagasan yang ia miliki. Lalu Tan pindah ke Goilandschweg,
sebuah kawasan borjuis. Disini
Tan mulai putus asa karena tak
lulus
menjadi pengajar di
Belanda. Padahal ia harus bekerja agar bisa membayar hutangnya pada NIOS. Ia juga
makin aktif mengunjungi rapat-rapat yang sering diadakan Himpounan Hindia.
1919-
Tan
Malaka
memutuskan
pulang
ke Indonesia.
Dengan
cita-cita,
mengubah
nasib bangsa Indonesia. Ia merasa sudah saatnya ada revolusi di Indonesia agar terlpeas
dari penjajahan dan
muali
membangun sistem sosialisme. Ia banyak
mendapat pelajaran
penting terutama tentang politik di Belanda. kembali ke Indonesia ia menjadi pengajar di
sebuah
perkebunan
di
Deli.
Di
sinilah
ia
melihat
sebuah
ketidakadilan,
ketimpangan
sosial antara tuan tanah dan para pekerjanya. Bagi para tuan tanah pendidikan bagi para
kuli pekerja hanyalah buang-buang uang dan juga ada ketakutan bagi mereka apabila para
kuli itu diberi pendidikan akan membuatnya berani membangkang, sementara bagi Tan
Malaka setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Tan Malaka akhirnya memutuskan
untuk mundur sebagai pengajar disana, semangat radikalnya pun muncul. Ia dihadapkan
dengan kecenderungan ajaran marxis yang dipelajarinya dengan kenyataan.
1921-
Ia
pindah
ke
Jawa
dengan
modal
surat dari
ketua
Boedi
Oetomo
di
Medan
ia
diterima sepeti saudara oleh Boedi Oetomo
Yogya.. Tan Malaka menghadiri kongres
Sarekat Islam (SI), disini ia bertemu dengan tokoh-tokoh seperti
HOS
Tjokroaminoto,
Agus
Salim,
Semaun
dan
lainnya.
Disini
ia
cocok
dengan
SI
Semarang
yang
menjadi
cikal bakal PKI. Setelah kongres ia ikut dengan Semaun ke Semarang dan sepakat
|