19
dikenalkan
oleh
Soebardjo
dengan
tokoh-tokoh seperti
Iwa
Koesoema
Soemantri,
Gatot
Taroenimihardjo, Boentaran Martoatmojo, dan Nishijima Shigetada, asisten Laksamana
Maeda.
Nishijima
terheran-heran
dengan
pemikiran
Tan
tentang
revolusi,
ia
pun
menjabat erat tangan Tan ketika Soebardjo mengenalkannya. Pemerintah yang tidak
bekerja membuat para pemuda terus bergerak, sebagian dari pemuda mengusulkan untuk
diadakannya demonstrasi. Sukarni menyatakan ini saat yang tepat untuk melaksanakan
Massa Actie, mengutip buku Tan yang menjadi
pegangan para pemuda. Tan lalu
mengusulkan agar propaganda dilakukan lewat semboyan-semboyan. Sejak saat itu
Soekarno mendengar kemunculan Tan Malaka, akhirnya mereka bertemu dua kali pada
awal
September
1945.
Pertemuan
itu
menjadi
rahim lahirnya
testamen
politik
apabila
Soekarno-Hatta ditangkap kepemimpinan agar diteruskan oleh Tan Malaka.
Namun
Hatta tidak setuju, dengan jalan tengah bahwa ahli waris revolusi harus diberikan kepada
empat
orang
yang
mewakili
empat
kutub.
Tan
Malaka
aliran
kiri,
Sjahrir
aliran
kiri
tengah, Wongsonegoro sebagai wakil kalangan kanan, serta Soekiman dari wakil
kelompok
Islam.
Tan
pun
memegang
naskah testamen
dan
naskah
proklamasi,
dan
melakukan
perjalana
keliling
Jawa
selain
untuk memperkenalkan
diri
pada
rakyat
juga
untuk
mengukur
seberapa besar pengaruhnya. Ketika
Tan Malaka
melakukan perjalanan
ini ia menyaksikan perlawan perjuangan rakyar yang meluap-luap terhadap tentara
Inggris dengan gagah berani. Tan heran dengan keputusan pemerintah yang tetap
memilih jalan diplomasi dan tidak mendukung perjuangan rakyat.
1946-
Pada
Bulan
Januari
1946
Tan
membangun
persatuan
perjuangan
di
Purwokerto
sebagai
upaya
menyerang
politik diplomasi
yang
dilaksanakan
pemerintah.
Rapat kongres
ini dihadiri oleh pemimpin pusat partai sosialis, partai komunis Indonesia,
|