52
terhadap posisi Jayanegara. Dari sana dia tahu bahwa dukungan
publik terhadap Jayanegara masih kuat.
Dengan
bantuan
para bangsawan
di
pusat
kota,
Gajah
Mada
bersama
Pasukan
Bhayangkara berhasil
memukul
balik
Kuti
dan
mendudukkan
kembali
Jayanegara ke
istana
untuk
kedua
kalinya.
Setelah
Jayanegara meninggal,
Majapahit
dipimpin
oleh
Tribuwana
Tunggadewi pada tahun 1334 yang kemudian
mengangkat Gajah
Mada sebagai
mahapatih.
Kedudukan
mahapatih
saat
itu
kira-kira
dapat disamakan dengan perdana menteri dalam era politik modern.
Setelah resmi
menjadi Mahapatih dan Pasukan Bhayangkara
juga ikut
menjadi
pasukan
paling
elit
kerajaan,
Gajah Mada secara
signifikan melakukan
perbaikan dan
pengembangan konsepsi
keamanan
dalam
negeri
dengan
memberikan
porsi
yang sangat
besar
pada
kesatuan
Bhayangkara. Sumpah
Amukti Palapa
yang diucapkan
Gajah Mada di paseban agung Majapahit
memuat gagasan yang
sangat
besar terhadap
penyatuan seluruh
Nusantara di
perairan
Dwipantara.
Dengan
menjunjung tinggi
Kitab
Perundangan
Kutaramanawa
Dharmasastra, Majapahit terbukti mampu menegakkan perangkat
sistem
hukum
di
seluruh
wilayah
Negara
besar
ini.
Para penegak
hukum
tanpa
pandang bulu
memberikan
concern
yang
sangat
besar
terhadap
penegakkan
hukum
di
setiap jengkal
wilayah
hukum
Majapahit.
Tak
selamanya
Gadjah
Mada dan
Pasukan
Bhayangkara
mencatat
tinta
emas,
seperti
pepatah
tak
ada
gading
yang tak
retak,
begitu
juga akhir kisah
Gadjah mada dan pasukannya,
noda hitam
itu
muncul
akibat
kesalahpahaman
antara Gadjah
Mada dengan
Raja
Hayam
Wuruk
dan
juga kesalahan
strategi
Gadjah Mada dalam
penaklukan kerajaan Sunda sehingga
Akhirnya
.
Tidak disebutkan
apakah
nama
bhayangkara
masih digunakan di Majapahit setelah era Gajah
Mada.
|