51
(Sira
Gajah
Mada
ambekel
ing
bhayangkara
./
Gajah
Mada
yang
menjadi kepala pasukan bhayangkara
Pararaton 26)
Kesatuan
Bhayangkara
sudah
ada
sejak
zaman
Singasari,
sebelum
Wisnuwardhana memerintah (1248-1268 Masehi).
Dalam
Nagarakretagama
pupuh
IX
pada 1
dijelaskan, bahwa
sehubungan
dengan
mangkatnya
Tohjaya
di
Katang
Lambang pada
tahun 1248 di daerah Pasuruan, maka di antara barisan pengawal yang
berkewajiban menjaga
keamanan kraton
adalah Kesatuan
Bhayangkara.
Di tangan Gajah Mada, Kesatuan Bhayangkara menjadi
kekuatan
sipil
yang sangat
berpengaruh
pada
zamannya.
Sehingga
keselamatan para raja
dan
keluarganya
berada
mutlak di
bawah
kewenangan dan tanggungjawab Kesatuan Bhayangkara.
Kesatuan
Bhayangkara, sebagai kekuatan
sipil telah
memberikan
kepercayaan
yang
sangat
kuat
di
hati
masyarakat,
sebagai pengayom dan pelindung rakyat.
Awal
ketenaran
nama
Bhayangkara dimulai
ketika munculnya
pemberontakan
Ra Kuti yang berhasil dipadamkan oleh
Gadjah Mada
dengan
pasukannya
yang bernama
Bhayangkara.
Gajah
Mada,
yang
ketika itu
memimpin pengawal raja, membantu
Jayanegara melarikan
diri dari ibu kota dan menyembunyikannya dari kejaran pemberontak.
Cerita rakyat
menyatakan
dalam
pelarian di
Desa
Badander itu,
satu
dari
anggota
Pasukan
Bhayangkara menyatakan
ingin
pulang
ke
ibu
kota. Gajah
Mada
melarangnya,
tetapi
prajurit
itu
ngotot.
Akhirnya, prajurit itu dibunuh karena diduga akan membelot.
Gajah Mada kemudian
melancarkan
operasi
intelijen
untuk
menyelidiki kondisi ibu kota Majapahit di bawah Kuti. Dia menggelar
survei kilat untuk memetakan sikap para bangsawan kerajaan
|