Home Start Back Next End
  
10
Nurgiyantoro (2002, hal. 3) juga mengatakan bahwa fiksi menceritakan berbagai
masalah yang terdapat dalam kehidupan manusia, di dalam melakukan interaksinya
dengan lingkungan yang ada di sekitarnya dan dengan sesama,
interaksinya dengan
dirinya sendiri, dan juga interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dari dialog,
kontemplasi, dan reaksi dari sang pengarang kepada lingkungan di sekitarnya dan juga
kepada kehidupannya. Nurgiyantoro juga menambahkan penjelasannya, bahwa
walaupun bentuknya berupa khayalan, tidaklah benar jika fiksi dianggap hanya sebagai
hasil kerja lamunan belaka. Alasan dari perkataan ini adalah karena fiksi adalah sebuah
penghayatan dan penerungan secara intens, perenungan terhadap hidup dan juga
terhadap hakikat kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
rasa tanggung jawab.
2.3 Teori Penokohan
Nurgiyantoro (2002, hal. 164) mengatakan bahwa sama halnya dengan unsur plot
dan pemplotan dalam cerita, tokoh dan penokohan juga
merupakan unsur yang penting
di dalam sebuah karya naratif. Sebuah plot cerita memang bisa dipandang sebagai tulang
punggung dari sebuah cerita, akan tetapi kita dapat mempersoalkan tokoh yang muncul
di dalam cerita tersebut. Siapa tokoh yang sedang diceritakan, siapa tokoh yang
melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, dan lain-lainnya lagi, semuanya adalah urusan
tokoh dan penokohan.
Nurgiyantoro (2002, hal. 165) juga menjelaskan bahwa istilah “tokoh” ini menunjuk
kepada orangnya, yaitu kepada sang pelaku dari cerita tersebut. Kemudian ia juga
mengatakan, bahwa tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk
kepada kualitas pribadi seorang tokoh.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter