Home Start Back Next End
  
Sekolah TInggi Musik Jakarta 
 
Bina Nusantara University 2011 - 2012
3
1.
Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
2.
Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
3.
Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
4.
Sumber energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
5.
Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
6.
Konsumsi energi yang rendah
7.
Tingkat kenyamanan yang konsisten
8.
Pertimbangan terhadap ekologi tapak. (Jimmy Priatman, 2002)
Bahan baku yang digunakan berupa tiga ukuran partikel bambu betung
(Gambar 3). Untuk ukuran partikel halus dan sedang, bagian bambu yang
digunakan adalah batangnya yang kemudian dipotong – potong hingga didapatkan
ukuran bambu yang dapat digiling dengan alat disk flaker. Kemudian flake bambu
betung yang dihasilkan diproses kembali dengan alat disk mill untuk
mendapatkan partikel dengan lebar 1-2 mm, tebal 0,5 - 1 mm dan panjang ± 1 cm.
Sebagian dari partikel tersebut digunakan sebagai bahan baku papan partikel
dengan partikel sedang, sebagian dari partikel tersebut kemudian di hancurkan
kembali dengan alat hammer mill untuk mendapatkan partikel yang lolos saringan
10 mesh (partikel halus).
Partikel berukuran besar didapatkan dengan cara memotong batang bambu
betung sepanjang 40 cm dan kemudian dibelah menjadi dua bagian. Masing –
masing belahan tersebut dijadikan short excelsior/wol dengan menggunakan
mesin pembuat wol (Takekawa Iron Works). Ukuran untuk partikel wol yaitu
panjang ±5 cm, tebal ±0,2 – 0,5 mm dan lebar 3 – 4 mm.
II.2.3.
Aplikasi Green Arsitektur Dalam Desain
Konsep Arsitektur hijau dalam hal meningkatkan efisiensi pemakaian
energi dapat diaplikasikan dengan Memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui
seperti menggunakan sinar matahari melalui  passive solar dan active solar, serta
teknik photovoltaic dengan menggunakan tanaman dan pohon-pohon melalui atap
hijau dan taman hujan. Arsitektur hijau dalam penerapannya pada desain
bangunan antara lain :
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter