2.3.4 Alur Cerita Reog Ponorogo
Didapat dari hasil wawancara dengan Bapak Putut yang mengacu pada buku
Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo Dalam Pentas Budaya oleh
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Ponorogo,versi resmi alur cerita
Reog Ponorogo adalah cerita tentang Prabu Klana Sewandana yang jatuh cinta
dengan putri dari kerajaan Kediri, yaitu Dewi Songgo Langit. Dan untuk dapat
meminang sang putri, diberikanlah sejumlah persyaratan yang salah satunya
harus membawakan pertunjukan menarik yang belum pernah ada sebelumnya.
Dengan dibantu oleh patihnya Bujangganong, Prabu Klana Sewandana
berhasil memenuhi syarat itu dengan membawakan tarian yang ditarikan oleh
manusia berkepala macan yang berhiaskan burung merak (Dadak merak).
2.3.5 Alur Tarian Reog Ponorogo
Alur pementasan Reog yaitu Warok, kemudian Jatilan, Bujangganong, Klana
Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Ketika
salah satu unsur di atas sedang beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari
meski tidak menonjol.
Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan
pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah, mereka adalah
warok. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki
kuda, biasa disebut sebagai jathilan.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru
ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog
ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan
adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya
cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku
memakai topeng berbentuk kepala singa dengan berhiaskan burung merak di
atasnya.
Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang
tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya
pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang
seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila
pemain tersebut kelelahan.
2.3.6 Reog Ponorogo Sebagai Media Dakwah
Kesenian merupakan salah satu media dalam proses penyebaran ajaran agama.
Contohnya, Sunan Kalijaga menggunakan kesenian Wayang sebagai media
dakwahnya. Selain itu instrumen seni Gamelan Laras Slendro, juga memiliki
nada yang mengingatkan pada salah satu dari Rukun Islam yaitu sholat wajib
5 waktu dengan jumlah 17 alat yang melambangkan 17 rakaat.
7
|