2.3.3 Asal - Usul Reog Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian
barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok
yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu
budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang
berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Nama Reog sendiri diambil dari
bahasa Arab yaitu Riyoqun yang bermakna akhir yang baik atau mati dalam
keadaan suci.
Ada beberapa versi mengenai asal-usul Reog Ponorogo, antara lain sindiran
Ki Ageng Kutu dan cerita buatan Ki Ageng Mirah.
Menurut versi Ki Ageng Kutu, asal
usul Reog Ponorogo yang semula
disebut Barongan merupakan sindiran secara halus dari Demang Ki Ageng
Kutu terhadap raja Majapahit Prabu Brawijaya V (Bhree Kertabumi) yang
sedang berkuasa namun belum melaksanakan tugasnya dengan tertib, adil dan
memadai, sebab kekuasaan raja dikendalikan oleh permaisurinya. Berawal
dari cerita inilah asal-usul Reog Ponorogo, raja dikiaskan sebagai harimau
ditunggangi oleh merak sebagai lambang permaisurinya.
Sedangankan pada masa kekuasaan Batoro Katong oleh Ki Ageng Mirah
(pendamping setia Batoro Katong) dipandang perlu melestarikan kesenian
barongan sebagai media informasi dan komunikasi kepada masyarakat. Maka
Ki Ageng Mirah membuat cerita mengenai legenda kerajaan Bantarangin
dengan rajanya Kelana Sewandana yang jatuh cinta dengan Dewi
Sanggalangit. Cerita oleh Ki Ageng Mirah inilah yang menjadi versi resmi
cerita Reog Ponorogo saat ini.
Reog mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu hingga
menjadi reog seperti yang kita lihat saat ini. Perubahan antara lain kata Reyog
diubah menjadi Reog oleh pemerintah daerah didasarkan pada penulisan
dalam Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Depdiknas pada tahun
1983. Dalam kamus itu memang dituliskan bukan reyog tetapi reog.
Belakangan penulisan reog dijadikan slogan kota oleh pemda, yang berarti
resik, omber, dan girang gumirang. Sedangkan dalam Babad Ponorogo, Reyog
memiliki makna (r) rasa kidung, (e) engwang sukma adilihung, (y) Yang
Widhi, (o) olah kridaning Gusti, dan (g) gelar gulung kersaning Kang Moho
Kuoso.
6
|