Home Start Back Next End
  
4
2.2. Sejarah
Sejarah Temanggung selalu dikaitkan dengan raja Mataram Kuno yang bernama
Rakai Pikatan. Nama Pikatan sendiri dipakai untuk
suatu wilayah yang berada pada
sumber mata air di Desa Mudal,
Kecamatan Temanggung. Disini terdapat peninggalan
berupa reruntuhan bebatuan kuno yang diyakini
merupakan
petilasan Raja Rakai
Pikatan. Sejarah Temanggung mulai tercatat pada Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908
M yang ditemukan penduduk dusun Dunglo,
Desa Gandulan,
Kecamatan Kaloran,
Kabupaten
Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti itu menggambarkan
bahwa Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi
dimana salah satu wilayahnya bernama
Pikatan. Disini didirikan Bihara agama Hindu
oleh adik raja Mataram Kuno
yang bernama
Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah
Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik takhta
pada tahun 717 M (Prasasti
Mantyasih). Oleh pewaris takhta yaitu Rake Panangkaran yang naik takhta pada tanggal
27 November 746 M, Bihara Pikatan memperoleh tanah bengkok (lahan garapan milik
desa) di Sawah Sima. Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas
bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan
seterusnya adalah wilayah yang subur dan tenteram (ditandai tempat Bihara Pikatan).
Pengganti Raja Sanjaya adalah Rakai Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27
November 746 M dan bertakhta selama kurang lebih 38 tahun. Dalam legenda Angling
Dharma, keraton diperkirakan berada di daerah Kedu (Desa Bojonegoro). Di desa ini
ditemukan peninggalan berupa reruntuhan. Di wilayah Kedu juga ditemukan desa
Kademangan. Pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Panunggalan yang naik takhta
pada tanggal 1 April 784 dan berakhir pada tanggal 28 Maret 803. Rakai Panunggalan
bertakhta
di Panaraban yang sekarang merupakan wilayah Parakan. Disini ditemukan
juga kademangan dan abu jenasah di Pakurejo daerah Bulu. Selanjutnya Rakai
Panunggalan digantikan oleh Rakai Warak yang diperkirakan tinggal di Tembarak.
Disini ditemukan reruntuhan di sekitar Masjid Menggoro dan reruntuhan Candi dan juga
terdapat Desa Kademangan. Pengganti Rakai Warak adalah Rakai Garung yang
bertakhta
pada tanggal 24 Januari 828 sampai dengan 22 Februari 847. Raja ini ahli
dalam bangunan candi
dan ilmu falak (perbintangan). Dia membuat pranata mangsa
yang sampai sekarang masih digunakan. Karena kepandaiannya sehingga Raja Sriwijaya
ingin menggunakannya untuk membuat candi. Namun Rakai Garung tidak mau walau
diancam. Kemudian Rakai Garung diganti Rakai Pikatan yang bermukim di
Temanggung. Disini ditemukan Prasasti Tlasri dan Wanua Tengah III. Disamping itu
banyak reruntuhan benda kuno seperti Lumpang Joni dan arca-arca yang tersebar di
daerah Temanggung. Disini pun terdapat Desa Demangan.
Dari buku sejarah karangan I Wayan Badrika disebutkan bahwa Rakai Pikatan
selaku raja Mataram Kuno berkeinginan menguasai wilayah Jawa Tengah. Namun untuk
merebut kekuasaan dari raja Bala Putra Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra tidak
berani. Maka untuk mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan
mengawini Dyah Pramudha Wardani, kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan untuk
memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Selain itu Rakai Pikatan juga
menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para prajurit dan senapati serta
menghimpun biaya yang berasal dari upeti para demang.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter