Home Start Back Next End
  
2.3 Data Produk (Kebun Raya Bogor)
Kebun Raya Bogor, kebun raya yang pertama dan terutama di Indonesia dengan
luas 87 hektar dan 15000 macam pepohonan dan tumbuhan dan kolam yang terpelihara
dengan baik, ditengah-tengah kota yang berkembang pesat dengan jumlah penduduk
sekitar 800.000 jiwa. Ia juga merupakan lembaga penelitian dan pelestarian sumberdaya
hayati yang terkenal diseluruh dunia, yang selama bertahun-tahun telah dan terus
dikembangkan. Kebun Raya merupakan bagian penting kota Bogor, yang selain memberi
lapangan kerja juga menjadi tempat rekreasi bagi penduduknya dan pengunjung yang
datang dari berbagai kota, daerah bahkan wisatawan mancanegara.
Kebun Raya Bogor Terletak di daerah Surya Kencana, Pajajaran, dan Tugu
Kujang, sekitar 54 km sebelah selatan kota Jakarta, wilayahnya berada ditengah-tengah
wilayah kabupaten Bogor, dan terletak dipusat kota Bogor. Kebun Raya Bogor terletak
ditengah kota Bogor yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Terletak di antara
106°43’30”BT -
106°51’00”BT dan 30’30”LS –
6°41’00”LS serta mempunyai
ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibu kota
kurang lebih 60 km. Kota Bogor sendiri terletak pada ketinggian 190 sampai 330m dari
permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya
adalah 26 °C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di
Bogor adalah 21,8 °C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata
angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson
barat.
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0–15% dan sebagian
kecil daerahnya
mempunyai kemiringan antara 15–30%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah
latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur
tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki
Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut
dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara
mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan.
Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki "Kota
Hujan". Keunikan iklim lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda
dengan menjadikan Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang diteruskan
hingga sekarang.
Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan
atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja
(Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti
Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan
sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat
pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara).
Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten,
hingga Gubernur Jenderal vander Capellen membangun rumah peristirahatan di salah
satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.
Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami
Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter