Home Start Back Next End
  
Secara struktur, laboratorium Kultur jaringan dan pembibitan
anggrek berada dibawah sub bidang pemeliharaan koleksi. Dalam kegiatan
sehari-hari, Laboratorium kultur jaringan dan pembibitan anggrek bertugas
melakukan perbanyakan terutama untuk jenis-jenis anggrek hasil eksplorasi
dari lapangan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan juga untuk
memperbanyak jenis tanaman lain, jika perbanyakan secara konvensional
sukar dilakukan.
o
Kapasitas Laboratorium, Pembibitan dan SDM :
Laboratorium memiliki fasilitas standar untuk melakukan
pekerjaan kultur in-vitro. Kapasitas laboratorium adalah 20.000 botol/tahun
yang terdiri dari tahap semai hingga transplan terakhir. Sumber daya manusia
yang ada kini terdiri dari 3 peneliti dan 3 teknisi, cukup untuk mengelola
koleksi yang ada dengan kemampuan yang memadai untuk tugas yang
dibebankan. Disamping pemeliharaan koleksi, kegiatan riset juga dilakukan
disini.
o
Kegiatan Utama :
Dari perkiraan 6000 jenis anggrek alam kekayaan Nusantara, tidak
kurang dari 500 jenis anggrek kini sudah berada dalam koleksi Kebun Raya
Bogor. Koleksi anggrek ini sebagian besar berasal dari hasil eksplorasi Kebun
Raya ke berbagai daerah di Indonesia. Saat ini perbanyakan secara generatif
merupakan cara yang diprioritaskan.
Namun demikian program hibridisasi (penyilangan) untuk
mendapatkan jenis baru tidak menjadi prioritas utama.
Sejak tahun 1997, tidak kurang dari 100 jenis anggrek (20 % dari
jumlah seluruh koleksi) telah disemai di laboratorium. Namun demikian, tidak
semua jenis anggrek yang sudah disemai tersebut berhasil mencapai masa
dewasa, beberapa jenis anggrek langka masih memerlukan kajian lebih jauh
untuk sampai pada fase tumbuh. Sangat tidak mudah untuk bisa
mengakomodasi semua jenis anggrek alam yang masing-masing memiliki
preferensi tertentu. Sehingga kegiatan perbanyakan kini hanya dilakukan
untuk jenis-jenis yang memiliki nilai khusus.
Anggrek bernilai komersial selalu menjadi prioritas karena
prospeknya yang menjanjikan. Sedangkan anggrek bernilai langka biasanya
menarik untuk diteliti karena kelangkaan sekaligus keunikannya. Termasuk
diantaranya anggrek Tien Soeharto (Cymbidium hartinahianum) yang kini
sudah sukar ditemukan di habitat aslinya. Kepunahan habitatnya terjadi dalam
waktu tidak terlalu lama lagi, karena habitat yang ada kini sudah terbelah oleh
jalan raya. Pada tahun 2003, Tim eksplorasi Kebun Raya berhasil menemukan
kembali sisa-sisa populasi anggrek tersebut di pinggir Jalan Raya Siborong-
borong Desa Baniara, Kabupaten Toba Samosir - Sumatera Utara. Walaupun
biji anggrek ini sudah berhasil dibawa ke Kebun Raya dan disemaikan di
laboratorium, namun tantangan ke depan masih sangat besar. Tidak mudah
untuk mengadaptasi anggrek yang terbiasa hidup di lingkungan spesifik ini.
Sebelum sempat dipelajari habitatnya secara detil, lokasi tumbuh anggrek
tersebut sudah tergusur. Program reintroduksi (pengembalian ke habitat
aslinya) pun menjadi tidak mungkin dilakukan. Untuk itu diperlukan rencana
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter