Home Start Back Next End
  
semuanya. Dan posisi arca ini hanya ada di Singhasari, tidak ada di tempat ataupun kerajaan
lainnya. Dan di dekatnya arca Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa
candi terletak di komplek pusat kerajaan. Letak candi Singhasari yang dekat dengan kedua arca
Dwarapala menjadi menarik ketika dikaitkan dengan ajaran Siwa yang mengatakan bahwa dewa
Siwa bersemayam di puncak Kailasa dalam wujud lingga, batas Timur terdapat gerbang dengan
Ganesha (atau Ganapati) sebagai penjaganya, gerbang Barat dijaga oleh Kala dan Amungkala,
gerbang Selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang Utara dijaga oleh Batari Gori (atau Gauri).
Karena letak candi Singhasari yang sangat dekat dengan kedua arca tersebut yang terdapat pada
jalan menuju ke Gunung Arjuna, penggunaan candi ini diperkirakan tidak terlepas dari
keberadaan gunung Arjuna dan para pertapa yang bersemayam di puncak gunung ini pada waktu
itu.
Bangunan candi utama dibuat dari batu andesit, menghadap ke barat, berdiri pada alas bujur
sangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m. Candi ini kaya akan ornamen ukiran, arca,
dan relief. Di dalam ruang utama terdapat lingga dan yoni. Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara
(dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur yang dulu berisi arca Ganesha, serta sisi selatan
yang berisi arca Siwa-Guru (Resi Agastya). Di komplek candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita
, dewi kebijaksanaan, yang sekarang ditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Arca-
arca lain berada di Institut Tropika Kerajaan, Leiden, Belanda, kecuali arca Agastya.
Pemugaran dan usaha konservasi
Candi Singasari baru mendapat perhatian pemerintah kolonial Hindia Belanda pada awal abad ke-
20 dalam keadaan berantakan. Restorasi dan pemugaran dimulai tahun 1934 dan bentuk yang
sekarang dicapai pada tahun 1936.
2.2.1.8 SEJARAH BATIK INDONESIA
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan
Yogyakarta.
Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus
berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik
ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII
atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter