Era 90-an
Di tahun ini bertaburan dengan berbagai film animasi diantaranya "Legenda Buriswara",
"Nariswandi Piliang","Satria Nusantara" yang kala itu masih menggunakan kamera film seluloid
35mm, kemudian ada serial "Hela,Heli,Helo" yang merupakan film animasi 3D pertama yang di
buat di Surabaya, Tahun 1998 mulai bermunculan film-film animasi yang berbasis cerita rakyat
seperti "Bawang Merah dan Bawang Putih", "Timun Mas" dan "Petualangan si Kancil" di Era
90-an ini banyak terdapat animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari Jepang seperti
"Doraemon" dan "Pokemon "
Era 2000-an
Diantara sekian banyak studio animasi di Indonesia, Red Rocket Animation termasuk
yang paling produktif. Pada tahun 2000 Red Rocket memproduksi beberapa serial animasi TV
seperti "Dongeng Aku dan Kau", "Klilip dan Puteri Rembulan", "Mengapa Domba Bertanduk
dan Berbuntut Pendek", "Si Kurus dan Si Macan", pada masa ini serial animasi cukup populer
karena menggabungkan 2D animasi dengan 3D animasi.
Pada tahun 2003, serial 3D animasi merambah layar lebar diantaranya "Janus Perajurit
Terakhir."
Mei 2004, muncul film layar lebar animasi
3D
berdurasi panjang yaitu "Homeland". Film ini
berkisah soal petualangan seorang bocah bernama Bumi yang berusaha menemukan tempat
tinggalnya di dunia khayalan. Dalam menempuh perjalanan itu Bumi ditemani beragam binatang
yang mempunyai kepribadian serta bisa berbicara sebagaimana layaknya manusia. Film ini
digarap selama satu tahun di bawah payung Studio Kasatmata di Jogjakarta. Walaupun film
kurang meraih sukses tapi menjadi babak baru bagi dunia peranimasian di bumi Nusantara.
Pada tahun 2008, Indonesia berhasil membuat film animasi 3D pertama yang ditayangkan di
layar lebar dan juga sudah berhasil Go Internasional (didistribusikan ke berbagai negara mulai
dari Singapura, Korea, dan Rusia). Film animasi yang berjudul “Meraih Mimpi” tersebut
diproduksi Infinite Frameworks (IFW), studio animasi yang berpusat di Batam. Film ini
merupakan adapatasi dari buku karya Minfung Ho berjudul Sing to The Dawn. Buku tersebut
bercerita tentang kakak beradik yang berusaha melindungi tempat tinggal mereka dari
kontraktor penipu. IFW membuat adapatasi buku Minfung Ho tersebut atas permintaan
pemerintah Singapura yang ingin buku wajib baca di beberapa SD di Singapura tersebut
dibuatkan filmnya. Begitu mendapat tawaran, IFW langsung memulai pengerjaan film Sing to
The Dawn. Dan untuk diketahui lebih dari 150 animator yang turut ambil bagian di dalamnya.
|