4
2.2 Sekilas Tentang Animator Indonesia
Berikut sebuah kutipan artikel tentang animator di Indonesia. Kemana Para Animator Kita
Berlabuh oleh Agus Pitoyo dari http://raispictures.com .
Animator kita mengasong karyanya ke luar negeri. Karena, pasar televisi lokal tak mampu
membeli produk mereka. Tak kuat harganya, tak kuat nunggunya. Stasiun televisi nasional bukannya
tidak butuh program animasi. Buktinya, Dora The Explorer, Spongebob Squarepants, Doraemon, Mr.
Bean Animation, Sinchan, Power Ranger, dan sederet film animasi lain selalu menghiasi layar kaca
kita setiap hari. Beberapa film animasi bahkan menjadi primadona stasiun televisi untuk
mendongkrak rating. Pengelola televisi lebih memilih membeli hak tayang film-film animasi luar
milik perusahaan transnasional yang juga menjual produknya ke berbagai negara itu, karena harganya
murah.
Jauh lebih murah ketimbang membeli langsung dari animator dalam negeri. Namun, kalangan
animator tak patah arang. Mereka tetap menciptakan karya-karya baru dan mengembangkan karya-
karya lama mereka. Berharap suatu saat karya-karya itu dapat dinikmati bangsa sendiri.
Dari segi kualitas, hasil karya animator dalam negeri tak kalah dengan animasi luar. Mereka
bahkan kerap mendapat job pembuatan karakter-karakter dari studio animasi besar dari Amerika, atau
Jepang. Bayaran yang diterima cukup menggiurkan. Sayangnya, karena job-job itu bersifat parsial
dan atas pesanan, sulit bagi mereka mengklaim royalty hak cipta. Jika proyek selesai, maka
terbanglah karakter karya anak negeri itu ke luar negeri. Setelah karakter-karakter itu diramu menjadi
serial film animasi, pengelola televisi kita berebut memperoleh hak tayangnya. Ketika sudah tayang
di Indonesia, animator lokal yang turut ambil bagian dalam penciptaan karakter dalam serial itu,
hanya bisa menatapnya dengan hati miris.
Sebenarnya, ada satu dua stasiun televisi yang sudah mencoba merekrut artis-artis animasi lokal
untuk bergabung dalam tim produksi mereka. Namun, artis-artis tersebut tak pernah diberi job
independen untuk membangun sebuah serial animasi. Alasan Pengalaman ini pernah dirasakan
Deswara Aulia Subarkah - biasa disapa Adez. Menurut dia, sejak dulu film-film animasi karya anak
negeri tidak pernah muncul di pertelevisian nasional karena terbatasnya daya beli stasiun televisi.
Stasiun televisi nasional yang ada sekarang sudah terbiasa dengan pola yang terbentuk mengacu pada
produksi sinetron dan reality show. "Acara kayak gitu budget produksinya kira-kira 20 juta untuk
sebuah reality show, sinetron sekitar 50-60 juta per episodenya. Sistemnya pun kejar tayang,
|