karakter-karakter untuk film animasi Indonesia. Sentra-sentra animasi di berbagai daerah juga
bermunculan, seperti Jakarta De Dans Studio, Bening Studio Yogyakarta, Mrico Studio, Platoon
Studio, dan Urak Urek Studio. Hal ini sejalan dengan bergairahnya pasar komputer yang
menyediakan perangkat produksi dan populernya VCD untuk jalur distribusi film Indonesia
yang lebih murah dan meluas di dalam negeri.
Setelah ANIMA (Asosiasi Animasi Indonesia) berdiri pada 1993, asosiasi ini
menghadapi kenyataan tidak mudahnya usaha untuk mempersatukan visi di antara pekerja
animasi. Lalu awal tahun 2000-an muncul Animator Forum, sebuah komunitas Animator muda
yang berbasis milis serta asosiasi animator seperti AINAKI. Selain itu, festival film juga
mempunyai andil dalam mengembangkan animasi Indonesia, terutama dalam memberi ruang
pemutaran, penghargaan serta referensi terbaru film animasi dari luar Indonesia.
Pada tahun 2001, lahir Festival Film Animasi Indonesia dan berlangsung setiap dua
tahun. Sejak 2004 berdiri Hellomotion oleh Wahyu Aditya, sebuah sekolah animasi dan film
yang kemudian juga mengadakan Hellofest yang terus berlangsung sampai saat ini. Pada tahun
2003 muncul film 3D animasi panjang pertama Indonesia yang berjudul Homeland karya
Gangsar Warsito. Pada tahun yang sama lahir sebuah film animasi panjang yang
menggabungkan animasi 3D dan real-shoot Janus, Prajurit Terakhir
karya Chandra
Endroputro. Kedua film panjang ini dirilis di jaringan bioskop Indonesia.
2.2.3
Humor dan Komedi
Sejak zaman dahulu, Humor sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita setiap hari.
Sampai pada saat ini, banyak filsuf dan ilmuwan yang mempelajari apa arti tertawa, mengapa
kita menceritakan lelucon dan apa penyebab bereaksi atau tidaknya seseorang terhadap humor
yang diceritakan orang lain. Teori yang disepakati saat ini adalah bahwa humor terlalu subjektif
sehingga tidak satu pun teori yang mampu merumuskannya. Keuntungannya adalah humor
memiliki begitu banyak aspek sehingga seseorang dapat selalu mengeksplorasi sifat tak-
terbatasnya. Para komedian sependapat bahwa jika sesuatu ditertawakan, sesuatu tersebut pasti
lucu. Jika seseorang hendak melucu, seseorang tersebut harus memahami terlebih dahulu
bagaimana audiens meresponi humor. Singkatnya, seseorang harus mengerti mengapa audiens
tertawa.
|