26
Pos komando ditempatkan di desa Muto. Pada malam hari menjelang serangan umum
itu, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam
kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke
segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari
sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan
kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil
menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah
ditentukan semula, pasukan TNI mengundurkan diri.
Tiga alasan penting yang dikemukakan Bambang Sugeng untuk memilih Yogyakarta
sebagai sasaran utama adalah:
1.
Yogyakarta adalah Ibukota RI, sehingga bila dapat direbut walau hanya untuk beberapa
jam, akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia melawan Belanda.
2.
Keberadaan banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta masih adanya
3.
Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tidak perlu persetujuan
Panglima/GM lain dan semua pasukan memahami dan menguasai situasi/daerah operasi.
2.6 Keistimewaan Yogyakarta
Berdasarkan data-data di atas, Penulis menyimpulkan bahwa, keistimewaan Yogyakarta,
terletak pada sejarahnya, mengingat :
1.
Pada waktu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bergabung dengan Republik
Indonesia, saat itu Yogyakarta telah layak untuk mendirikan negara sendiri atau
memiliki syarat-syarat dasar untuk menjadi sebuah negara, yaitu memiliki wilayah,
memiliki rakyat, dan memiliki sistem pemerintahan. Namun Yogyakarta justru
menggabungkan diri di bawah pemerintahan Republik Indonesia, sehigga Yogyakarta
menerima predikat 'istimewa', langsung dari Presiden Soekarno lewat piagam 19 agustus
1945.
2.
Yogyakarta pernah menjadi pusat pemerintahan RI, sebagai ibukota pada tanggal 4
Januari 1946 hingga 27 Desember 1949. Saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX
|