![]() 25
2.4.4 Serangan Umum 1 Maret 1949
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, merupakan penggagas dari Serangan 1 Maret 1949,
Ide ini beliau dapatkan ketika mendengarkan siaran radio BBC pada akhir Februari 1949
mengenai masalah antara Indonesia-Belanda akan dibicarakan di forum PBB. Ide ini segera
disampaikan kepada Panglima Besar, Jenderal Soedirman, yang saat itu sedang ikut bergerilya.
Hingga akhirnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX dapat mendatangkan Letnan Kolonel Suharto
dan melakukan pertemuan rahasia pada tanggal 13 Februari 1949, untuk menanyakan
kesanggupannya menjalankan siasat ini.
di seluruh wilayah Divisi III/GM III dimulai, dengan fokus serangan adalah Ibukota Republik,
Yogyakarta, serta koar-besaran oleh pasukan Brigade X
yang diperkuat dengan satu Batalyon
dari Brigade IX, sedangkan serangan terhadap pertahanan Belanda
di Magelang
dan
penghadangan di jalur Magelta-kota di sekitar Yogyakarta, terutama Magelang, sesuai Instruksi
Rahasia yang dikeluarkan oleh Panglima Divisi III/GM III Kolonel Bambang Sugeng
kepada
Komandan Wehrkreis I, Letkol Bahrun dan Komandan Wehrkreis II Letkol Sarbini. Pada saat
yang bersamaan, serangan juga dilakukan di wilayah Divisi II/GM II, dengan fokus penyerangan
adalah kota Solo, guna mengikat tentara Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat
mengirimkan bantuan ke Yogyakarta.
Gambar 2.9 Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949
|