pengikutnya. Sifat-sifat yang dimiliki tidak hanya mencakup kemampuan
berkomunikasi yang baik saja ataupun pergaulan social maupun persahabatan, tetapi
juga energi, pandangan, pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri,
integritas, pengendalian dan keseimbangan mental maupun emosional, bentuk fisik,
dorongan, antusiasme, berani dan lain-lain.
Pendekatan kedua yaitu pendekatan perilaku bermaksud untuk
mengidentifikasikan perilaku-perilaku pribadi yang berhubungan dengan
kepemimpinan efektif. Pendekatan ini mencoba menentukan apa yang dilakukan oleh
para pemimpin efektif yaitu dengan bagaimana mereka mendelegasikan tugas,
bagaimana mereka berkomunikasi dengan bawahan serta memotivasi mereka,
bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas, dan sebagainya. Kedua pendekatan ini
mempunyai pandangan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau
memeragakan perilaku-perilaku tertentu, akan muncul sebagai pemimpin dalam
situasi kelompok apapun di tempatnya berada.
Pendekatan situasional sebagai pendekatan yang ketiga memiliki pandangan
bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan seseorang akan bervariasi
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung seperti tugas-tugas yang
dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi,
pengalaman masa lalu pemimpin maupun bawahan, dan sebagainya.
Pada dasarnya di dalam gaya kepemimpinan situasional terdapat 2 unsur
utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting
|