Home Start Back Next End
  
5
Sedangkan di Eropa, pada abad ke-19 sudah muncul mainan yang disebut Thaumatrope.
Mainan ini berbentuk lembaran cakram tebal yang di permukaannya terdapat gambar
burung dalam sangkar. Kedua sisi kiri dan kanan cakram tersebut diikat dengan seutas tali.
Bila cakram tebal itu dipilin dengan tangan, maka gambar burung itu akan tampak
bergerak. Dengan demikian, mainan ini bisa dikategorikan sebagai animasi klasik.
Dan di tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut
Praxinoscope. Mainan ini berupa rangkaian ratusan gambar yang diputar dan diproyeksikan
pada sebuah cermin sehingga tampak menjadi sebuah gerakan seperti layaknya film.
Mainan ini selanjutnya dianggap sebagai cikal bakal proyektor pada bioskop.
Bagaimana dengan Indonesia? Mungkin kita juga bisa mengklaim bahwa pada 4 hingga 3
juta tahun yang lalu dalam peradaban budaya Indonesia sudah ada lukisan animasi. Hal itu
dibuktikan dengan  lukisan-lukisan yang ada di Gua Leang-Leang (Sulawesi), beberapa
gua di Kalimantan Timur, serta gua-gua yang masih murni tersimpan di alam Papua.  Di
Pulau Jawa, sejak zaman dulu juga sudah ada seni “menghidupkan bayangan”, yakni seni
memainkan Wayang Kulit dan beberapa jenis Wayang lainnya.
2.2.3
Jenis Animasi
1.
Menurut materi dari buku, jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Bina
Nusantara, ada 2 jenis pembuatan animasi yaitu :
a.
Animasi 2D (dua dimensi)
Animasi yang sering disebut dengan “Cartoon” atau “kartun” yang berarti gambar
yang lucu
Cell (Celluloid/Film), Contohnya Donald Duck
2D CG (Computer Graphic), Contohnya running text dan motion graphic
b.
Animasi 3D (tiga dimensi)
Pengembangan dari animasi 2D, dalam animasi 3D karakter yang diperlihatkan
semakin hidup, nyata dan mendekati wujud aslinya dan pengerjaan animasi telah
mengenal koordinat x, y dan z atau volume.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter