5
yang terjadi di Mesir waktu itu dari mulai tata cara kehidupan keseharian, pemerintahan
sampai adu gulat antar prajurit. Leonardo Da Vinci juga menampilkan gerakan tangan
yang berputar pada karya besarnya yaitu Vitruvian Man. Illustrasi malaikat-malaikat
pada mural gereja karya Giotto juga memperlihatkan repetisi gerakan yang kontinyu. Di
Jepang orang menggunakan gulungan gambar untuk menceritakan cerita panjang sama
seperti layaknya Wayang Beber di Jawa. Pada tembok Candi Borobudur juga terdapat
urutan cerita tentang perjalan tiga babak Sidharta Gautama.
Namun seiring dengan perjalanan waktu manusia mencoba tidak hanya menangkap
gambar tapi juga berupaya membuat karya artistiknya menjadi hidup dan bergerak.
Sejak mula gambar babi hutan di dinding gua Altamira-Spanyol Utara hingga perjalanan
kematian para Firaun adalah sebuah kronologi panjang yang dicoba untuk dikumpulkan
sebagai bahan awal mula dari animasi.
Animasi, sebenarnya tidak akan terwujud tanpa didasari pemahaman mengenai prinsip
fundamental kerja mata manusia atau dikenal dengan nama
The Persistance of Vision.
Seperti ditunjukan pada karya seorang Prancis Paul Roget (1828), penemu
Thaumatrope. Sebuah alat berbentuk kepingan yang dikaitkan dengan tali pegas
diantara kedua sisinya. Kepingan itu memiliki dua gambar pada sisinya. Satu sisi
bergambar burung, satu sisi lainnya bergambar sangkar burung. Ketika kepingan
berputar maka burung seolah masuk kedalam sangkarnya. Proses ini ditangkap oleh
mata manusia dalam satu waktu, sehingga mengekspose gambar tersebut menjadi gerak.
Dua penemuan berikutnya semakin menolong mata manusia. Phenakistoscope,
ditemukan oleh Joseph Plateu (1826), merupakan kepingan kartu berbentuk lingkaran
dengan sekelilinganya di penuhi lubang-lubang dan gambar berbentuk obyek tertentu.
Mata akan melihat gambar tersebut melalui cermin dan pegas membuatnya berputar
|