6.
tauhid;
7.
tasawuf dan etika, dan
8.
cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.
Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat sampai pendek sampai teks yang
terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadis, tafsir, fiqh,
usul fiqh, dan tasawuf.
Kesemuanya ini dapat pula digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu:
1. kitab-kitab dasar;
2. kitab-kitab tingkat menengah;
3. kitab-kitab besar.
Seorang kyai yang memimpin pesantren kecil mengajar sejumlah kecil santri
tentang beberapa kitab dasar dalam berbagai kelompok pelajaran. Dalam pesantren
besar, masing-masing kyai mengkhususkan diri dalam mata pelajaran-pelajaran
tertentu. Sistem pendidikan pesantren yang tradisional ini, yang biasanya dianggap
sangat statis dalam mengikuti sistem sorogan dan bandongan dalam
menerjemahkan kitab-kitab klasik ke dalam bahasa Jawa, dalam kenyataannya tidak
hanya sekedar membicarakan bentuk dengan melupakan isi ajaran yang tertuang
dalam kitab-kitab tersebut.
Para kyai sebagai pembaca dan penerjamah kitab tersebut, bukanlah sekedar
membaca teks, tetapi juga memberikan pandangan-pandangan pribadi, baik
mengenai isi maupun bahasa dari teks.
Dengan kata lain, para kyai tersebut memberikan pula komentar atas teks
sebagai pandangan pribadinya.
Oleh karena itu, para penerjermah tersebut haruslah
menguasai tatabahasa Arab, literatur dan cabang-cabang pengetahuan agama Islam
yang lain.
d. Santri Menurut tradisi pesantren, terdapat 2 kelompok santri:
|