Start Back Next End
  
17
aturan itu. Karena itu, “sebagai sebuah kesatuan”, wacana tidak pernah salah atau benar
karena kebenaran yang diproduksi selalu kontekstual dan bergantung pada aturan-aturan
yang berlaku” (Flax, 1992: 452).
Hal terpenting lainnya yang patut dicatat dalam memahami wacana adalah
beroperasinya proses inklusi/eksklusi. Formasi wacana untuk tidak pernah merupakan
sekedar urutan pernyataan sebagaimana lazimnya ditemukan dalam pemahaman klasik
kita tentang gagasan, buku, sekolah dan semacamnya. Dalam setiap wacana selalu ada
sistem yang mengorganisasikan pengetahuan (dan karena itu “kebenaran”, dan karena
itu pula “realitas sosial”) dalam sebuah hierarkhi. Susunan hierarkhi inilah yang secara
sistematis menempatkan apa-apa saja yang dianggap patut –tak patut, benar-salah, betu-
keliru ke dalam makna-makna partikular menurut definisi dan aturan yang beroperasi
dalam wacana itu (Sparingga, 1997). Dalam prakteknya,aturan yang beroperasi dalam
wacana itu selalu melibatkan konsep yang oleh Edward Said (1978) disebut dengan
“other” –sebuah konstruksi realitas yang menempatkan kebenaran secara biner,
berhadap-hadapan, frontal dalam sebuah spektrum dimana yang satu atau mendevaluasi
(devalue), atau memarjinalkan (marginalise), atau bahkan membungkamkan (silencing)
yang lain.
2.6 Teori Depresi
Menurut American Psychiatric Association
(2000), seseorang menderita gangguan
depresi jika:
1.
Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir
setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa)
atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter