Start Back Next End
  
rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat
dan sehat.
5.
Fase Kematian
a.
Ritual Brobosan
Brobosan, yakni suatu upacara yang diselenggarakan di
halaman rumah orang yang meninggal. Tata cara pelaksanaannya
yaitu: Keranda/peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah
dan dijunjung tinggi ke atas setelah doa jenazah selesai, secara
berturutan, para ahli waris yang ditinggal berjalan melewati
keranda yang berada di atasnya (mbrobos) selama tiga kali dan
searah jarum jam, secara urutan, yang pertama kali mbrobosi
keranda adalah anak laki-laki tertua dan keluarga inti, selanjutnya
disusul oleh anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti
di belakang.
b.
Ritual Tigang Dinten
Tigang dinten, yaitu semacam kenduri atau slametan yang
dilakukan pada hari ketiga dari kematian. Pitung dinten, sama
halnya dengan kenduri tigang dinten, yakni dilakukan pada hari
ketujuh dari kematian almarhum. Petang puluh dinten, yakni
kenduri pada hari keempat puluh dari kematian. Nyatus dinten,
yakni kenduri pada
hari keseratus dari kematian. Mendhak, yakni
kenduri yang dilakukan setelah satu tahun (pendhak siji) dan dua
tahun (pendhak pindho) dari kematian. Nyewu, yakni kenduri
pada hari keseribu dari kematian. Kol, diselenggarakan setelah
kenduri keseribu dan dilakukan pada waktu bertepatan dengan
hari dan bulan meninggalnya.
2.4
Buku pembanding / Buku Referensi
1.
Ensiklopedi Syirik & Bid’ah Jawa, Fahmi Suwaidi & Abu Aman
        
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter