Start Back Next End
  
5
Buku terbitan PARAMITA Surabaya ini dapat menambah informasi
menarik dan dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan gestur yang
lebih bercerita di tiap penggambaran dewa dan dewi tersebut.
2.1.8
Referensi “Kitab Suci Reg Weda”
Merupakan Weda
tertua, dari ketiga Weda
lainnya, yaitu  Yayur Weda,
Sama Weda, dan Atharwa Weda. Reg Weda
berisikan pujian-pujian
dalam bentuk puisi, Yayur Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk
prosa, Sama Weda berisikan pujian-pujian dalam bentuk lagu dan
nyanyian, dan Atharwa Weda
merupakan pujian-pujian dalam bentuk
Mantera. Kitab Suci Reg Weda merupakan sumber dari ilmu
pengetahuan tentang dewa dan dewi pada jaman Weda. Dari kitab
inilah, nama ke 33 dewa dan dewi tersebut disebutkan.
2.1.9
Literatur Internet
ETIMOLOGI
Kata Dewa muncul dari agama Hindu, yakni dari kata Deva atau Daiwa
(bahasa Sanskerta), yang berasal dari kata div, yang berarti sinar. Kata
dewa dalam bahasa inggris sama dengan deity, berasal dari bahasa latin,
deus. Bahasa latin dies dan divum, mirip dengan bahasa Sanskerta div
dan diu, yang berarti langit, sinar. Kata deva (sinar, langit) sama sekali
tidak ada hubungannya dengan kata devil (iblis/setan).
Istilah dewa diidentikan dengan mahkluk suci yang berkuasa terhadap
alam semesta. Meskipun pada aliran politeisme menyebut adanya
banyak Tuhan, namun dalam bahasa Indonesia, istilah yang dipakai
adalah “Dewa”, istilah Tuhan dipakai untuk penguasa alam semesta
yang maha tunggal dan abstrak, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa
dibayangkan.
HUBUNGAN ANTARA DEWA DENGAN MANUSIA
Para Dewa dipercaya sebagai makhluk yang tak tampak dan tak dapat
dijangkau. Mereka hidup di tempat-tempat suci atau tempat-tempat
yang jauh dari jangkauan manusia, seperti surga, neraka, di atas langit,
di bawah bumi, di lautan yang dalam, di atas puncak gunung tinggi, di
hutan belantara, namun dapat berhubungan dengan manusia karena
manifestasi atau kekuatan supranaturalnya. Dalam beberapa agama
monoteistik, Tuhan dianggap tinggal di surga namun karena
kemahakuasaannya Dia juga ada dimana-mana sehingga dapat
berhubungan
dengan makhluk-Nya kapanpun dan dimana pun, namun
secara kasat mata. Dalam pandangan umat beragama (monoteistik,
politeistik, panteistik) sesungguhnya Tuhan ada dimana-mana, namun
untuk memuliakannya Dia disebutkan tinggal di surga.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter