Start Back Next End
  
6
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian
diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan
melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi
Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai
menderita penyakit tuberkulosis, namun dia tetap terjun dalam beberapa perang
gerilya melawan pasukan NICA Belanda yang ingin menguasai Indonesia kembali
setelah Jepang menyerah.
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan
Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari
bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR
yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di
Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan
serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran
terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya
pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember
1945. Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18
Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman
memperoleh pangkat Jenderal
tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau
pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
Jenderal
Soedirman tetap terjun ke medan perang saat terjadi agresi
militer Belanda II di Ibukota Yogyakarta. Saat itu Ibukota RI dipindahkan ke
Yogya karena Jakarta sudah dikuasai Belanda. Soedirman memimpin pasukannya
untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda tanggal 19 Desember 1948
tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Kondisi kesehatan Jenderal
Soedirman
sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya
sejak lama. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat
dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu,
Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga
ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman
dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang
gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan
dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit hampir tanpa pengobatan dan
perawatan medis. Soedirman pulang dari gerilya tersebut karena kondisi
kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang
secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik
layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda. Setelah Belanda menyerahkan
kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja
Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama
Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada tangal 29 Januari
1950, Jenderal
Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena
sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai
Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai
Jenderal
Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh
beberapa Jenderal
di RI sampai sekarang.
( forum.kompas.com/mengenal dekat
sosok jenderal soedirman )
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter