Start Back Next End
  
9
Seandainya kita memiliki karakter yang seperti diatas, bukan mustahil kalau kita
akan menjadi guru yang menjadi kebanggaan masyarakat, bangsa dan negara. Jiwa
Nasionalis yang tinggi dengan Garuda di dadaku sampai akhir hayat.
TESTIMONI MALDINI
Menilik catatan "Maldini San Siro Swan Song Soured", ada satu komentar dari
karib saya yang saat ini bermukim di Milan, Rafael, mengenai salah satu kemungkinan
kenapa Ultras kurang suka terhadap Paolo Maldini. Ada satu "kasak-kusuk" bahwa di
Milan, Maldini dan Seedorf turut mempengaruhi pemilihan pemain yang akan bermain di
satu pertandingan.
Di satu sisi, mungkin itu adalah hal yang wajar karena sebagai kapten, tentu dia
harus memberikan masukan mengenai pemain kepada pelatih. Itu masih dilakukan dalam
koridor yang wajar, mengingat selama 10 tahun lebih kepemimpinannya sebagai kapten,
hampir tak ada suara negatif yang menyebutkan bahwa seseorang tersingkir karena Paolo
tak menyukainya. Bahkan misalnya dari seorang Roberto Ayala atau Alberto Gilardino
sekalipun yang bisa dibilang kurang mengalami masa mengenakkan selama di Milan. Oleh
karena itu, rumor itu sebetulnya kurang mempunyai dasar kuat.
Yang ada, justru banjir testimoni yang didapat Maldini, baik dari rekan maupun
lawan. Paling mutakhir tentu saja ungkapan pelatih jawara Liga Champions 2009, Josep
Guardiola yang mempersembahkan raihan titel ECL kepada si pemilik nomer 3 di Milan.
Di samping itu, jelang ujung karirnya, hampir setiap hari banyak pujian kepada Maldini,
termasuk 10 testimoni yang disampaikan situs Goal.com (30/5).
Saya sendiri dulu pernah mengkompilasi testimoni tentang Maldini yang diambil
dari rubrik "My Perfect XI" majalah sepakbola Inggris, FourFourTwo di blog. Berikut
testimonial* untuk Paolo Maldini, yang mengungkapkan sosok de facto
kapten Milan
tersebut di mata rekan, eks rekan atau lawan.
"Anda harus menjadi pemain yang istimewa untuk
bisa tampil secara konsisten
dalam jangka waktu yang lama. Tak banyak pemain yang melakukan hal itu untuk sebuah
klub besar. Plus, dia juga ganteng. Well, dia seperti telah mendapatkan semuanya. Tak
seperti Roberto Carlos, dia bisa bertahan sekaligus menyerang. Dari sisi itu dia lebih
unggul." - Ian Wright (Arsenal FC 1991 -1998/Inggris/Penyerang) 
"Gampang memilih Paolo dalam daftar ini (My Perfect XI -
red), tapi dia betul-
betul sang legenda. Jelas bahwa Roberto Carlos juga merupakan pemain yang sangat
hebat, tapi Maldini lebih bagus dalam bertahan -
dan seperti juga Carlos, dia kadang
menyerang dan membantu serangan - seperti yang dilakukannya di final Liga Champions
(2005, melawan Liverpool-
red)" -
Jamie Carragher (Liverpool FC 1996 -
sekarang/Inggris/Bek Sentral) 
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter