6
Macammacam kajian tentang wayang dapat diketahui dari
bibliography beranotasi, dibuat oleh V.M.C Van Groenendael, terbit tahun
1978 berjudul Annotated Bibliography of Wayang Litetarure and the Art of
the Dalang. Kajian tentang wayang, menghasilkan sejumlah disertasi dan
tesis, antara lain: (1) G.A.J Hazeu, Bijdrage tot de Kennis van het
Jayansche Tonnel
(Leiden, 1879); (2) W.H. Rassers, De Pandji Romans
(Leiden,1922); (3) V.M.C. van
Groenendael,
Erzit een Dalang de
Wayang:
De Rol van de Vorstenlandse Dalang in de Indonesich
Javanese Samenleving (Amsterdam, 1982) (Ensiklopedi Kebudayaan Jawa,
2005).
Wayang sebagai penggambaran alam pikiran Orang Jawa yang
dualistik. Ada dua hal, pihak atau kelompok yang saling bertentangan,
baik dan buruk, lahir dan batin, serta
halus dan kasar. Keduanya bersatu
dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Wayang juga menjadi
sarana pengendalian sosial, misalnya dengan kritik sosial yang
disampaikan lewat
humor. Fungsi lain adalah sebagai sarana pengukuhan
status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang
terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar.
Wayang juga menanamkansolidaritas sosial, sarana hiburan, dan
pendidikan (Sumaryoto, 1990). Secara umum, pengertian wayang adalah
suatu bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang,
dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan
(Sedyawati; Darmono, 1983). Boneka wayang merupakan alat untuk
menggambarkan kehidupan umat manusia, sedangkan dari segi bentuk
berbeda dari tubuh manusia secara nyata.
Sastroamidjojo (1964) mengatakan bahwa boneka wayang diukir
menurut sistem tertentu. Perbandingan antar bagian badan tidak seimbang
satu sama lain. Segala sesuatu
berkaitan dengan hal tersebut dibuat
menurut cara-cara dan aturan yang telah ditentukan.
Menurut
penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan
budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang
sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.
|