naturalis. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada
bidang seni lukis.
Dalam perkembangan karier Affandi, nama Sjafei Soemardja yang
pada saat itu baru pulang dari Eropa, cukup memberi motivasi yang besar
terhadap Affandi dengan membeli sebuah karyanya di suatu pameran lukisan
yang diadakan di kebon Raya Bandung. Dengan hati penuh penasaran
Affandi menemui pembeli lukisannya itu dan menanyakan alasan kenapa
membeli lukisannya. Apakah lukisannya dianggap lebih baik dari yang
lainnya? Bukan karena lukisan itu lebih baik dari yang lain maka saya beli
kata S.Sumardja. Saya beli lukisan itu karena di dalamnya saya melihat ada
masa depan, teruslah melukis, jangan berhenti dan jangan putus asa. Spirit
baru yang didapatkan dari pak Sumardja menumbuhkan keyakinan Affandi
untuk menjatuhkan pilihan hidup sebagai seorang pelukis profesional. Kalau
sebelumnya dia masih ragu untuk menentukan jalan hidupnya apa sebagai
guru atau sebagai pelukis. Dan akhirnya dia meminta pengertian isterinya
Maryati, karena ia ingin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk melukis.
Dia membuat semacam program minimum, yaitu dari tanggal 1 sampai
tanggal 10 digunakan untuk mencari nafkah keluarga, bekerja sebagai tukang
cat, menjual karcis bioskop, buruh kasar (memikul karage dan menjadi
tukang cat) (ceramah seni rupa Indonesia, 00:34:01)
atau apa saja asalkan halal,
selebihnya dari tanggal 11 sampai tanggal 30 ia gunakan untuk melukis dan
melukis (http://psb.unm.ac.id. (Affandi: Maestro Seni Lukis Indonesia, Azisahmad, Mei 25,
2011)
.
Aktifitas
Sekitar tahun tiga pulih lima, Affandi bergabung dalam kelompok
Lima Bandung, yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah
Hendra Gunawan, Barli Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya
menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang
cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini
berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938,
melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerjasama saling membantu
sesama pelukis.
|