Start Back Next End
  
dan 183.000 diantaranya disebabkan tentara Indonesia yaitu karena keracunan bahan kimia dari
bom. Karena hal tersebut PBB tidak setuju dengan integrasi Timor Timur ke Indonesia.
Ketidaksetujuan PBB juga dikarenakan ada kaum anti-kemerdekaan yang didukung Indonesia
melakukan pembantaian balasan secara besar-besaran dimana sekitar 1.400 jiwa tewas dan
300.000 jiwa dipaksa mengungsi ke Timor Barat.
    Untuk mengatasi  permasalahan di Timor Timur, pemerintah Indonesia menawarkan otonomi
diperluas dengan status khusus/otonomi khusus. Namun PBB dan Portugal tetap menolak dan
mendesak dengan alasan walau kebijakan itu dibuat, kedepannya Timor Timur tetap meminta
referendum. Hal tersebut tentu saja merugikan Indonesia.
    Akhirnya jajak pendapat pun dilakukan untuk memberi kebebasan kepada rakyat Timor Timur
untuk menerima ataupun menolak tawaran otonomi khusus. Ternyata hasil jajak pendapat
tersebut menunjukkan 78,5% menolak (ingin merdeka) dan 21,5% menerima (masih ingin
bergabung dengan Indonesia). Dengan kata lain lebih banyak rakyat Timor Timur yang
memutuskan untuk merdeka dan berpisah dari Indonesia. Kenyataan pahit tersebut harus
diterima Indonesia karena itu pilihan rakyat Timor Timur sendiri.Dan pada 20 Mei 2002 Timor
Timur diakui dunia sebagai Negara merdeka dengan nama Timor Leste/ Republica Democratica
de Timor Leste dan mendapat sokongan dana yang luar biasa dari PBB. Dan sejak merdeka,
pemerintah Timor Leste berusaha memutus segala hubungan dengan Indonesia seakan Indonesia
penjajah dan tidak pernah membantu mereka. Dengan kata lain Timor Timur tidak tahu
berterimakasih atas apa yang pernah dilakukan Indonesia terhadapnya.
    Lepasnya Timor Timur menjadi catatan kelam bagi Indonesia karena dipertahankan dengan
penuh pengorbanan, dana, dan nyawa. Diperkirakan lebih dari 5.000 pahlawan gugur dalam
perang seroja demi mempertahankan provinsi ini.
    Permasalahan lepasnya Timor Timur dari Indonesia sempat menjadi kesempatan lawan politik
Presiden Habibie (yang saat itu menggantikan Presiden Soeharto) untuk menjatuhkan Presiden
Habibie. Lepasnya Timor Timur juga dianggap sebagai ketidakmampuan Pak Habibie dalam
mempertahankan Provinsi Timor Timur yang saat itu menjadi bagian dari Indonesia.
Namun, semua sudah jelas bahwa dari sejarahnya kita mengetahui lepasnya Timor Timur
tidak lain adalah keinginan masyarakatnya sendiri ditambah desakan dunia internasional. Jadi,
Indonesia dan Presiden Indonesia yang menjabat pada waktu itu tidak salah dalam kasus Timor
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter