11
dan kesempurnaan pada masa Islam era Wali Songo. Raden Mas Syaid
menerangkan bahwa Sunan giri telah melengkapai wayang dengan hiasan-
hiasan seperti kelat bahu (hiasan pangkal lengan), gelang, keroncong
(kelang kaki), anting telinga, badong (hiasan pada punggung), jamang
(hiasan dikepala) dan lain-lain.
Sementara Ratu Tunggul di Giri tak kala mewakili Demak (1478)
saka mengarang lakon wayang dan suluknya. Pada waktu Sultan Hadiwijaya
(Raja Pajang) wayang dipahat gayaman, tetapi tangan sambung dengan
badan, belum dipisah dari badan kemudian disambung dengan tali
sebagaimana kita lihat sekarang. Sunan Kalijaga menambah ala-alat
pewayangan dengan kelir (tabir kain gelanggang pertunjukan wayang),
belencong (lampu diatas kepala dalang agar wayang itu terbayang-bayang.
Sunan Giri juga menambah Wanara (kera), sementara ricikan (kuda,
gajah, prajurit rampak dan lain-lain dilakukan oleh Sunan Bonang. Raden
Patah (Raja Demak) menambah
kayon (gunungan yang ditancapkan
ditengah gelenggang kelir saat mulai pertunjukan, tengah dan pada penutup
pertunjukan. Wayang mulai ditatah halis pada era Senopati Ing Ngalaga
Sayidin Panatagama Mataram tahun 1541, saat itu pula mulai dipisahkan
tangan dari tubuhnya yang kemudian diikat (tangan dan tubuh) untuk mudah
menggerakkannya.
Dari sekian wayang yang paling terkenal ialah Wayang kulit. Wayang kulit
ini dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-
tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir , yaitu layar yang
terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik
atau lampu minyak (blencong ), sehingga para penonton yang berada di sisi
lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk
dapat memahami cerita wayang (lakon ), penonton harus memiliki
pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Dalam silsilah (asal-usul) pewayangan sejak era Wali Song seluruh
Nabi-Nabi, Dewa-Dewa dan Raja-Raja serta manusia lainnya merupakan
keturunan Adam, cerita ini termuat dalam serat Ambiya, menurut
Poerbotjaroko Serat Ambiya berasal dari cerita Arab yang masuk pada era
|