Kurawa, meskipun Yudhistira ahli main dadu, tetapi tetap kalah karena tipu muslihat
Sengkuni. Dalam permainan tersebut Yudhistira juga menyerahkan dirinya untuk
dijadikan taruhan, hingga Yudhistira kalah dan menerima hukuman. Tetapi karena
usaha Drestharastra para Pandawa menjadi bebas.
Kurawa tetap menginginkan kehancuran Pandawa dan diajaknya main dadu lagi
dengan taruhan bila Pandawa kalah harus menjalani pembuangan selama 12 tahun dan
tahun ke 13 mereka harus menyelinap atau bersembunyi. Jika dalam penyelinapannya
diketahui para Kurawa, Pandawa harus kembali ke hutan selama 12 tahun lagi dan
menyelinap pada tahun ke 13 dan seterusnya.
2.2.3.1 Data sejarah Wayang
Wayang pada mulanya sebagai sarana atau alat untuk
mengekspresikan, rasa terima kasih nenek moyang kita dulu, terhadap
roh leluhur. Misalnya, sehabis panen melimpah. Pada masa itu, nenek
moyang kita masih menganus ajaran Animisme dan Dinamisme.
Belum ada ajaran agama yang masuk. Pada masa itu, wayang tidak
menghraukan bentuk, hanya diambil baying-bayangnya saja.
Pada zaman Hindu Budha, di abad ke 6 atau tahun 600 SM, baru
dikenal adanya Wayang Purwa, yang bercerita tentang Ramayana dan
Mahabarata. Dalam perkembangannya wayang sangat sekali
pengaruhnya, wayang juga digunakan sebagai sarana dakwah (para
wali juga pernah menggunakan wayang dalam dakwahnya). Wayang
digunakan penyuluhan (digunakan dalam departemen penerangan).
Singkatnya pada masa itu, wayang jadi tontonan faforit. Di samping
itu, terdapat pesan-pesan nya lebih mudah di terima oleh masyarakat.
Baik spiritual, ataupun social. (sumber; Buku rupa dan Karakter
Wayang Purwa, oleh; Heru S Sudjarwo)
2.2.3.1.1 wayang mampu menunjukan nilai etika
kesempurnaan hidup sebagai sebuah keharusan adikodrati
mengingat tugas suci manusia adalah sebagai wakil tuhan
di bumi,
|